Makalah Perkembangan Masyarakat Islam Pada Masa Dinasti Ayyubiyyah



                            BAB I
                  PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
                                            Beralihnya tampuk kekuasaan dari dinasti Fathimiyyah ke tangan dinasti Ayyubiyyah mengakhiri berkembang luasnya paham syi’ah di Mesir. Shalahuddin membawa pembaharuan bagi mesir dan merupakan angin segar bagi para penganut Ahli Sunnah wal Jama’ah.
                                            Perkembangan Dinasti Ayyubiyyah tidak terlepas dari peran besar Shalahudin sendiri. Shalahudin mempunyai dua tugas utama sebagai khalifah Ayyubiyyah. Pertama, sebagai seorang negarawan yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah. Kedua, sebagai panglima perang salib yang telah berhasil mengalahkan tentara salib.
                                            Untuk tugas pertama, beliau telah banyak mengadakan pembangunan, membangun administrasi negara, ekonomi, perdagangan, memajukan ilmu pengetahuan, membangun madrasah dan sekolah, mengembangkan dalam bidang kegamaan mazhab Ahli Sunnah wal Jama’ah. Dan untuk tugas kedua beliau telah membangun persatuan bangsa Arab di bawah naungan Abbasiyah di Baghdad untuk menghadapi agresi tentara salib, membangun benteng pertahanan militer yang terkenal dengan benteng Solahudin.

B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah sejarah berdirinya dinasti Al-Ayyubiyah?
                       2.      Apa saja perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa dinasti Al-Ayyubiyah?
3.      Siapa saja tokoh ilmuwan muslim dalam kemajuan kebudayaan/peradaban Islam pada masa dinasti Al Ayyubiyah?
                       4.      Apakah ibrah perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa dinasti Al-Ayyubiyah untuk masa kini dan yang akan datang?
5.      Seperti apakah caranya meneladani sikap keperwiraan Shalahuddin al-Ayyubi?





                     BAB II
              PEMBAHASAN

A.  Sejarah Berdirinya Dinasti Al-Ayyubiyah
                                         Pendiri Dinasti Ayyubiyah (567 – 648 H / 1171 – 1250 M) adalah Shalahudin Yusuf al-Ayyubi putra dari Najamuddin bin Ayyub lahir di Takriet 532 H/1137 M meninggal 589 H/ 1193 M dimasyurkan oleh bangsa Eropa dengan nama Saladin pahlawan perang salib dari keluarga Ayyubiyah suku kurdi.
                                     Dinasti ini berdiri di atas sisa-sisa Dinasti Fatimiyah di Mesir yang bercorak Syi’i dan ia ingin mengembalikannya ke faham sunni-Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Pada masa Nuruddin Zanki (gubernur Suriah dari bani Abbasiyah), Shalahuddin diangkat sebagai panglim tentara di Balbek, kehidupannya penuh dengan perjuangan dan peperangan karena ditugaskan untuk menghadapi tentara salib dalam merebut kembali Baitul Maqdis (kota Yerussalem) yang sudah dikuasai selama 92 tahun atau selama 88  m.
1.      Sejarah berdiri Dinasti Al-Ayyubiyah

                Dinasti Al-Ayyubiah berdiri di atas puing-puing Dinasti Fatimiyah di Mesir.Setelah meninggal, Syirkuh di ganti oleh Salahuddin Al-Ayyubi.Kematian Khalifah Al-Adid dari Fatimiyah pada tahun 567 H/ 1171 M   Al-Ayyubi. –Ayyubi di akui oleh khalifah Mesir oleh al-Muhtadi, Dinasti Bani Abbas pada tahun 1175 M. untuk mengantisifasi pemberontakan dari pengikut Fatimiyah dan serangan dari tentara Salib. Al-Ayyubi Salahuddin tidak hanya terkenal di kalangan umat Muslim, tetapi juga dikalangan Kristen karena sifatnya yang ksatria dan pengampun, lebih-lebih pada saat ia berperang melawan tentara salib. Sultan Salahuddin Al-Ayyubi juga adalah seorang Ulama. Beliau memberikan catatan kaki dan berbagai macam penjelasan dalam kitab hadis Abu Dawud.

                ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit. Saat itu baik ayah maupun pamannya mengabdi pada Imaduddin Zangi, Gubernur Seljuk untuk kota Mousul Irak. Ketika Imaduddin Ayyub (ayah salahuddin) diangkat menjadi Gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat raja suriah, bernama Nuruddin Mahmud.Selama di Balbek inilah Salahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni tekhnik perang Salahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa kurdi,, strategi, dan politik.Setelah itu, Salahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Suni selama 10 tahun.Pada tahun 1169 Salahuddin Al-Ayyubi diangkat menjadi wajir (konselor).

                 Dengan meninggalnya Nuruddin (1174 M), Salahuddin Al-Ayyubi menerima gelar Sultan di Mesir.Disana dia memproklamasikan kemerdekaan dari kaum Seljuk dan mendirikan Dinasti Al-Ayyubi serta mengembalikan ajaran sunni ke Mesir. Selanjutnya, Salahuddin Al-Ayyubi memperlebar wilayah kesebelah barat magreb, dan ketika pamannya pergi ke Nil untuk mendamaikan beberapa pemberontakan dari bekas pendudkung Fatimiyah, kemudian dia melanjutkan ke Laut Merah untuk menaklukkan Yaman.

.    2. Sejarah pribadi Salahuddin Al-Ayyubiyah

                                              Sultan Salahuddin Al-ayyubi merupakan pahlawan dan panglima Islam yang besar. Pada beliau terkumpul sifat-sifat berani, wara’, zuhud, khusyu’, pemurah, pemaaf, tegas, dan sifat terfuji lainnya.

                 Seorang penulis sejarah mengatakan: Hari kematiannya merupakan kehilangan besar bagi agama Islam dan kaum Muslimin karena mereka tidak pernah menderita sejak kehilangan keempat khalifah yang pertama (khulafaur rasyidin). Istana kerajaan dan dunia diliputi oleh wajah-wajah yang tertunduk, seluruh kota terbenam dalam dukacita. Dan rakyat mengantarkan jenazahnya sambil di iringi dengan tangisan dan ratapan.

                  Sultan Salahuddin menghabiskan waktunya dengan bekerja keras siang dan malam untuk Islam, hidupnya sangat sederhana, makanannya sederhana, pakaiannya terbuat dari bahan yang kasar.beliau seanatiasa menjaga waktu-waktu salat dan mengerjakannya secara berjamaah.


B.  Tokoh Ilmuwan Muslim Peradaban Islam pada Masa Dinasti Al Ayyubiyah
            Pada masa dinasti Ayyubiyah, Shalahuddin al Ayyubi beserta keluarga dan pendiri-pendiri dinasti sangat memperhatikan kelangsungan berbagai bidang termasuk bidang pendidikan dan pengetahuan. Sehingga bermunculan tokoh-tokoh ilmuwan yang sangat berpengaruh pada perkembangan kebudayaan atau peradaban Islam, mereka di antaranya adalah:
    1.      Abdul Latif al Bagdadi dan Al - Hufi, ahli ilmu mantiq dan bayan (bahasa)
    2.      Syekh Abul Qasim al Manfalubi, ahli Fiqih
    3.      Syamsudin Khalikan, ahli sejarah
    4.       Abu Abdullah al Quda’i, ahli Fiqih, Hadits dan Sejarah
    5.      Abu Abdullah Muhammad bin Barakat, ahli nahwu
    6.      Hasan bin Khatir al Farisi, ahli Fiqih dan Tafsir
    7.      Maimoonides, ahli ilmu astronomi, ilmu ke-Tuhanan, tabib, dan terutama sebagai ahli filsafat.
                                8.      Ibn al Baytar (1246 M), dokter hewan dan medikal. Beberapa karyanya yang sampai saat ini masih terkenal di wilayah Eropa tentang buku ramuan obat Islam “ Management Of The Drug Store”
                                 9.      Sejumlah penulis, sastarawan, dan ilmuwan termuka, seperti Abu Firas Al Hamadani dan Thayib al Mutanabbi.
C.  Ibrah Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa Dinasti Al-Ayyubiyah untuk Masa Kini dan Yang Akan Datang
               Shalahuddin al Ayyubi sangat berusaha keras dalam menghadapi perang salib, dan dalam membentengi umat Islam dari kristenisasi. Misalnya memberi sumber untuk pembangunan masjid, pembuatan sekolah gratis kepada siswa muslim yang tidak mampu, dan pemberian sandang pangan bekas namun masih layak pakai. Sikap seorang negarawan yang tegas dan berani sepertinya patut dicontoh apalagi pada saat sekarang ini yang lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Seperti sikap tegas Shalahuddin yang langsung mencopot jabatan para amir yang lemah di mana keberadaan mereka justru mengganggu gerakan jihad yang mulai digelar olehnya, para aparatur yang melakukan korupsi, dan yang bersekongkol dengan penjahat dan perampok. Rasa yang sangat mengutamakan pendidikan dan pengetahuan juga penting untuk dilanjutkan pada setiap generasi. Karena ilmu dan pendidikan merupakan modal utama untuk menjaga dan mempertahankan kebudayaan atau peradaban Islam. Ilmu juga mendapat tempat yang sama pentingnya dengan agama, yaitu untuk mengetahui ajaran-ajaran agama dan hukum-hukum Islam.
Melihat perjuangan dari Shalahuddin al Ayyubi, hendaklah kita berusaha dengan tekad dan kuat dalam mensyiarkan agama Islam agar upaya kristenisasi tidak akan berkembang lagi, dan Islam juga tetap konsisten di zaman yang sudah modern sekarang. Sebaliknya, kehidupan umat manusia saat ini justru hawa nafsu lebih mendonasi ketimbang moral dan akal, yang terkadang memperlemah semangat keimanan umat Islam. Maka dari itu, sebagai langkah awal yang sederhana peringatan maulid Nabi Muhammad SAW menjadi sangat penting.


D. MENELADANI SIKAP KEPERWIRAAN SALAHUDDIN AL-AYYUBIYAH

                                        Namanya telah terpateri di hati sanubari pejuang Muslim yang memiliki jiwa patriotik dan heroik, telah terlanjur terpahat dalam sejarah perjuangan umat Islam karena telah mampu menyapu bersih, menghancurleburkan tentara salib yang merupakan gabungan pilihan dari seluruh benua Eropa.
        Konon guna membangkitkan kembali ruh jihad atau semangat di kalangan Islam yang saat itu telah tidur nyenyak dan telah lupa akan tongkat estafet yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad saw., maka Salahuddinlah yang mencetuskan ide dirayakannya kelahiran Nabi Muhammad saw. Melalui media peringatan itu dibeberkanlah sikap ksatria dan kepahlawanan pantang menyerah yang ditunjukkan melalui “Siratun Nabawiyah”. Hingga kini peringatan itu menjadi tradisi dan membudaya di kalangan umat Islam.
         Jarang sekali dunia menyaksikan sikap patriotik dan heroik bergabung menyatu dengan sifat perikemanusian seperti yang terdapat dalam diri pejuang besar itu. Rasa tanggung jawab terhadap agama (Islam) telah ia baktikan dan buktikan dalam menghadapi serbuan tentara ke tanah suci Palestina selama dua puluh tahun, dan akhirnya dengan kegigihan, keampuhan dan kemampuannya dapat memukul mundur tentara Eropa di bawah pimpinan Richard Lionheart dari Inggris.
         Shalahudin al Ayyubi juga merupakan panglima perang Muslim yang dihormati kawan dan dikagumi lawan karena akhlaknya dan tindakannya yang tangguh tetapi tetap mengakui hak asasi manusia dalam setiap peperangan yang dilakukannya. Sikap keperwiraan Shalahudin al Ayyubi lainnya yang baik dicontoh adalah:
1.      Membela agama dan rakyat
2.      Memadamkan pemberontakan
3.      Menghadapi tentara salib
4.      Mempertahankan agama dan negara


E .  Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa Dinasti Al-Ayyubiyah               
 Shalahudin tak hanya dikenal di dunia Islam, tetapi juga peradaban Barat. Sosoknya begitu mempesona. Ia adalah pemimpin yang dihormati kawan dan dikagumi lawan. Di era keemasannya, dinasti ini menguasai wilayah Mesir, Damaskus, Aleppo, Diyarbakr, serta Yaman. Masa dinasti ini pula perkembangan wakaf sangat menggembirakan, wakaf tidak hanya terbatas pada benda tidak bergerak, tapi juga benda bergerak semisal wakaf tunai. Tahun 1178 M/572 H, dalam rangka menyejahterakan ulama dan kepentingan misi mazhab Sunni, Salahuddin Al-Ayyubi menetapkan kebijakan bahwa orang Kristen yang datang dari Iskandar untuk berdagang wajib membayar bea cukai. Tidak ada penjelasan, orang Kristen yang datang dari Iskandar itu membayar bea cukai dalam bentuk barang atau uang, namun lazimnya bea cukai dibayar dengan menggunakan uang.
Uang hasil pembKemajuan suatu negara dapat dilihat dari kemajuan peradabannya pada saat itu, sebagaimana islam pada zaman pemerintahan Shalahudin al-Ayyubi. Dalam literatur yang kami baca perbedaan dalam masalah kemajuan yang terjadi pada dinasti Ayyubiyah. Philip K. Hitti dalam bukunya History of Arabs menyatakan bahwa selama dinasti Ayyubiyah berdiri, kemajuan peradaban kurang bisa dirasakan. Kebanyakan peradaban yang ada adalah peninggalan dari dinasti sebelumnya yaitu dinasti Fatimiah dan pada pemerintahan Nur al-Din, hal tersebut disebabkan karena pada masa dinasti ini memang fokus utama perkembangan islam adalah pada pertahanan dan perlawan atas tentara salib yang telah mengobarkan genderang peperangan dengan umat Islam. Namun walaupun demikian semangat perjua
ngan dinasti Ayyubiyah sedikit banyak juga memberikan andil atau sumbangan peradaban pada Islam. Pada saat kepemimpinan Shalahudin al-Ayyubi islam mengalami beberapa kemajuan dalam berbagai bidang diantaranya :
      ayaran bea cukai itu dikumpulkan dan diwakafkan kepada para fuqaha’ dan para keturunannya.
              Sebagaimana dinasti-dinasti sebelumnya, Dinasti Ayyubiyah pun mencapai kemajuan yang gemilang dan mempunyai beberapa peninggalan bersejarah. Kemajuan-kemajuan itu   mencakup berbagai bidang, diantaranya adalah :

1.  Bidang pendidikan
                 Salah satu misi dari Shalahuddin al-Ayyubi dalam kepemimpinannya adalah merubah islam Syi’ah yang didominasi pada zaman dinasti Fatimiah, bahkan pada saat itu terlalu jauh syi’ah yang di anut pada taraf Syi’ah kebatinan, yang di anggap oleh Shalhuddin al-Ayyubi sudah sangat melenceng dari ajaran Islam. Misi beliau adalah merubah islam Syia’ah pada ajaran ahlussunah wal jama’ah yaitu Islam Sunni. Sehingga  jalur pendidikanlah jalan yang strategis untuk menghapus aliran tersebut. Usaha yang dilakukan oleh Shalhuddin al-Ayyubi adalah dengan membangun banyak madrasah. Beliaulah yang memperkenalkan madrasah ke negeri Yerusalem dan Mesir. Contoh madrasah yang terbaik pada masa itu adalah masjid-sekolah Sultan Hasan di Kairo. Salah satunya yang terkenal dalah membangun madrasah universitas yang dinamai dengan namanya sendiri yaitu universitas al-Shalahiyyah di Mesir untuk madzhab Syafi’i.
                Selain itu, pada tahun 572 H juga dibangun universitas madzhab Hanafi yang dikenal dengan universitas As-Suf’ah. Membangun banyak toko buku yang tersebar di wilayah Mesir sehingga para pelajar mudah untuk membeli buku-buku yang dibutuhkan.
                                            Perkembangan ilmu pengetahuan juga mengalami perkembangan, kita kenal Musa Ibnu Maymun, orang yahudi yang dikenal juga sebagai Maemoonides, seorang ahli dalam bidang kedokteran yang menjadi dokter pribadi Shalhuddin al-Ayyubi.

                                              Pemerintahan dinasti ayyubiyah telah berhasil menjadikan damaskus sebagai kota pendidikan hal ini ditandai dengan dibangunnya dar al hadis al kamilah pada tahun 1222M dan madrasha ash shauhiyyaha pada tahun 1239M. Dar al hadis al kamilah dibangun untuk mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat didalam mazhab hukum sunni. Adapun madrasha ash shauhiyyaha berperan sebagai pusat pengajaran empat mazhab.

                                  2.   Bidang arsitektur
                   Penguasa Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan. Ini ditandai dengan dibangunnya Madrasah al–Shauhiyyah tahun 1239 M sebagai pusat pengajaran empat madzhab hukum dalam sebuah lembaga Madrasah. Dibangunnya Dar al Hadist al-Kamillah juga dibangun (1222 M) untuk mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat diberbagai madzhab hukum sunni. Sedangkan dalam bidang arsitek dapat dilihat pada monumen Bangsa Arab, bangunan masjid di Beirut yang mirip gereja, serta istana-istana yang dibangun menyerupai gereja. Shalahuddin juga membangun benteng setelah menyadari bahwa ancaman pasukan salib akan terus menghantui, maka tugas utama dia adalah mengamankan Kairo dan sekitarnya (Fustat). Penasihat militernya saat itu mengatakan bahwa Kairo dan Fustat masing-masing membutuhkan benteng pertahanan, tapi Shalahuddin memiliki ide brilian, bahwa dia akan membangun benteng strategis yang melindungi secara total kotanya. Selanjutnya, dia memerintahkan untuk membangun benteng kokoh dan besar diatas bukit Muqattam yang melindungi dua kota sekaligus Kairo dan Fustat.
                  Proyek besar Citadel dimulai pada 1176 M dibawah Amir Bahauddin Qaraqush. Shalahuddin juga membangun dinding yang memagari Kairo sebagai kota residen bani Fatimiyyah, sekaligus juga memagari benteng kebesarannya serta Qata’i-al Fustat yang saat itu merupakan pusat ekonomi Kairo terbesar. Selain itu, juga berdiri masjid agung di Sulaiman yang dimulai pembangunannya sejak dinasti Umayyah pada 717 M, masjid agung Aleppo hingga kini masih menjadi salah satu karya besar arsitektur di dunia muslim. Di masjid agung Aleppo terdapat makam Nabi Zakaria dan di Damaskus terdapat makam Nabi Yahya. Bentuk dan konstruksi masjid agung Damaskus dari dulu hingga kini masih terjaga, sementara masjid Aleppo sudah banyak mengalami perubahan dari bentuk aslinya karena sempat diguncang gempa bumi dan dihancurkan oleh serangan Bizantium dan tentara Mongol. Meski tak lagi mewarisi struktur masjid peninggalan bani umayyah, namun masjid agung Aleppo sangat dikenal sebagai masterpiece dalam dunia islam, karena mewarisi sentuhan beragam dinasti islam yang pernah Berjaya.
        Kemajuan dalam bidang arsitektur dapat dilihat pada monumen bangsa arab, bangunan masjid dibeirut yang mirip gereja dan istana-istana yang menyerupai gereja.


     3. Bidang filsafat dan keilmuan
   Bukti kongkrit dari kemajuan filsafat dan keilmuan pada dinasti ayyubiyah adalah adelasd of bath, karya-karya orang arab tentang astronomi dan geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Pada bidang kedokteran juga telah didirikan sebuah rumah sakit bagi orang yang menderita cacat pikiran.

     4. Bidang industri
   Kemajuan dinasti ayyubiyah dibidang industri dibuktikan dengan dibuatnya kincir oleh seorang siriya yang lebih canggih dibanding buatan orang barat. Terdapat pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas.

5.  Bidang ekonomi dan perdagangan
  Dalam hal perekonomian dinasti bekerja sama dengan penguasa muslim diwilayah lain. Disamping itu, ia juga menggalakkan perdagangan dengan kota-kota dilaut tengah, lautan hindia dan menyempurnakan sistim perpajakan. Pada bidang perdagangan, dinasti ini membawa pengaruh bagi eropa dan negara-negara yang dikuasainya. Dieropa terdapat perdagangan agriculture dan industri. Hal ini menimbulkan perdagangan internasional melalui jalur laut, sejak saat itu dunia ekonomi dan perdangan sudah mengguakan sistem kredit, bank termasuk Letter of Credit (lc), bahkan ketika itu sudah ada uang yang terbuat dari emas. Selain itu juga dimulai percetakan mata uang dirham campuran (fulus). Percetakan fulus yang merupakan mata uang dari tembaga dimulai pada masa pemerintahan sultan muhammad al kamil ibn al adil al ayyubi, percetakan unag fulus tersebut dimaksudkan sebagai alat tukar terhadap barang-barang yang tidak signifikan denga rasio 48 fulus untuk setiap dirhamnya.

6. Bidang militer
Pada masa pemerintahan salahuddin, kekuatan militernya terkenal sangat tangguh. Pasukannya diperkuat oleh pasukan Barbar, turki dan afrika. Ia juga membangun tembok kota di kairo dan muqattam sebagai benteng pertahanan. Selain memiliki alat-alat perang seperti kuda pedang dan panah dinasti ini juga memiliki burung elang sebagai kepala burung-burung dalam peperangan. Disamping itu adanya perang salib membawa dampak positif, keuntungan dibidang industri, perdagangan dan intelektual misalnya dengan adanya irigasi.
                                                    

     7.   Bidang kebudayaan
     Salahuddin al ayyubi menjadi tokoh yang meneladankan satu konsep dan budaya, yaitu perayaan hari lahir nabi Muhammad SAW yang kita kenal dengan sebutan maulud atau  maulid. Maulud atau maulid ini berasal dari kata milad yang berarti tahun dan bermakna seperti pada istilah ulang tahun.


F. Para penguasa dinasti al ayyubiyyah dan pemerintahannya

Para penguasa Dinansti Al- Ayyubiyah terdiri atas:

1.      Salahuddin Al-Ayyubi (564 H/1169 M – 589 H/1193 M)
2.      Malik Al-Aziz ‘Imaduddin (589 H/1193 M – 595 H/1198 M)
3.      Malik Al-Mansur Nasiruddin (595 H/1198 M – 595 H/1200 M)
4.      Malik Al-‘Adil Sifuddin, pemerintahan I (596 H/ 1200 M – 1200 H/1218 M)
5.      Malik Al-Kamil Muhammad (615 H/1218 M – 635 H/1238 M)
6.      Malik Al-‘Adil Saifuddin, pemerintahan II (635 H/1238 M – 637 H/1240 M)
7.      Malik As-Saleh Najmudin (637 H/1240 M – 647 H/1229)
8.      Malik Al-Mu’azzam Turansyah (647 H/1249 M)
9.      Malik Al-Asyraf Muzaffaruddin (647 H/1249 M – 650 H/1252 M)
        Perjalanan politik Slauddin Al-Ayyubi dimulai dari masa muda yang selalu ikut berperang mendampingi ayahnya bernama Najmuddin bin Ayyub. Lehih-lebih ketika Slahuddin ikut ekspedisi dengan pamannya ke Mesir. Lima tahun kemudian (1169 M), ia menaklukkan khalifah terakhir dari dinasti Fatimiyah, bernama al-addid (1160-1171).
          Sejak itu, ia menghapus tradisi mendo’akan khalifah Fatimiyah dalam khotbah Jum’at dan menggantikannya dengan mendo’akan Khalifah Abbasiyah, Al-Muhtadi (566 H/1170 M – 575 H/1180 M).
Sebagian besar hidup salahuddin dicurahkan untuk melawan pasukan Salib. Dalam hal ini pada tahun 1170 M. salahuddin berhasil menaklukkan wilayah Masyhad dari tangan Rasyidin Sinan. Kemudian, pada tanggal 1, 3 dan 4 Juli 1187 M, ia berhasil merebut Tiberias dan melancarkan Hattin untuk menangkis serangan pasukan Salib.
Dalam peperangan ini, pasukan Prancis berhasil dihancurka

G.  Berakhirnya Dinasti Ayyubiyah
             Sebelum wafat Salahuddin Al-Ayyubi membagi kekuasaanya kepada pewarisnya, yaitu anak-anak dan saudaranya. Namun perselisihan dan pertikaian tak bisa dihindari diantara para pewarisnya.
                 Perselisihan terus terjadi, Dinasti Ayyubiyah di Mesir dan Damaskus selalu bersaing untuk memperebutkan wilayah Syiria. Akibat perselisihan ini, beberapa kota yang dulu dikuasai Salahuddin lepas ketangan pasukan salib. Dan yang kemudian berhasil mengembalikan Yerussalem ketangan umat Islam adalah Khawariz.
Runtuhnya dinasti ayyubiyah dimulai pada masa pemrintahan sultan ash shalih. Pada masa pemerintahan ash shalih terjadi serangan pasukan budak (mamluk) dari turki yang berhasil merebut kekuasaan dimesir. Walupun sebelumnya pasukannya berhasil menaklukan perang salib ke enam yang dipimpin ranja perancis ST Louis,  Setelah ash shalih meninggal pada tahun 1249M, kaum mamluk mengangkat istri ash shalih, syajarat ad durr sebagai sultan. Dengan demikian berakhirlah pemerintahan dinasti ayyubiyah dimesir. Meskipun demikian dinasti ayyubiyah masih berkuasa disuryah. Pada tahun 1260M tentara mongol hendak menyerbu mesir. Komando tentara islam dipegang oleh qutuz, panglima perang mamluk. Dalam pertempuran diain jalut, qutuz berhasil mengalahkan tentara mongol dengan gemilang. Selanjutnya, qutuz mengambil alih kekuasaan dinasti ayyubiyah. Sejak itu, berakhirlah kekuasaan dinasti ayyubiyah.


                          BAB III
        PENUTUP
A.  Kesimpulan
1. Shalahudin Yusuf al-Ayyubi adalah Pendiri Dinasti Ayyubiyah (567 – 648 H / 1171 – 1250 M) yang berdiri di atas sisa-sisa Dinasti Fatimiyah di Mesir yang bercorak Syi’i dan ia ingin mengembalikannya ke faham sunni Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Shalahudin mengadakan serangan ke Mesir untuk segera mengambil alih Mesir dari kekuasaan Fatimiyah yang jelas tidak akan mampu mempertahankan diri dari serangan Tentara Salib.
       2. Dinasti Ayyubiyah mencapai kemajuan yang gemilang mencakup di berbagai bidang, yaitu: bidang arsitektur dan pendidikan, bidang filsafat dan keilmuan, bidang industri, perdagangan, dan militer.
      3.   Shalahudin al-Ayyubi sangat memperhatikan pendidikan dan pengetahuan. Sehingga bermunculan tokoh-tokoh ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu seperti ilmu Fiqih, kedokteran, filsafat, bahasa, sejarah, dan lain-lain.
      4.  Sikap tegas Shalahuddin yang langsung mencopot jabatan para amir yang lemah di mana keberadaan mereka justru mengganggu gerakan jihad yang mulai digelar olehnya, para aparatur yang melakukan korupsi, dan yang bersekongkol dengan penjahat dan perampok.
      5.  Shalahudin al Ayyubi adalah seorang muslim yang tahu akan agamanya dan kosekuen dengannya, tahu hak-hak saudaranya kaum Muslimin kemudian menunaikannya, dan  hak tanah airnya kemudian mempertahankannya.

B.  Saran
Demikianlah makalah yang telah saya susun tentunya dalam hal ini masih banyak kekurangan, saya harap makalah ini dapat menambah wawasan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah yang selanjutnya.





   DAFTAR PUSTAKA

Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Kuraisy.
http://zudi-pranata.blogspot.com/2013/03/perkembangan-islam-pada-masa-dinasti-al.html
Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Kuraisy.
Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Abdullah, dkk.Taufik.Ensiklopedia Tematis Dunia Islam Jilid II. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002.
                           Al-Usairy, Ahmad. Sejarah Islam. Jakarta: Akbar Media, 2013.Hitti, Philip K. History of the Arabs. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008.Karim, M. Abdul. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Publiser.2009.
Ibrahim, Qasim dan Msuhammad A. Saleh. Buku Pintar Sejarah Islam. Jakarta: Zaman, 2014.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Perkembangan Masyarakat Islam Pada Masa Dinasti Ayyubiyyah"

Post a Comment