Makalah Kepemimpinan Umat Setelah Nabi



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kepemimpinan keempat Khalifah dalam Khulafaur Rasyidin berbeda satu sama lain. Abu Bakar lebih mengedepankan kelembutan dan ketegasan, walaupun suasana pemerintahan sedang kacau. Umar bin Khattab selalu bersikap tegas,cerdas,serta harus mementingkan kepentingan rakyatnya. Untuk membangun dasar-dasar negara yang kuat serta memiliki corak masyarakat yang islami.
Ustman bin Affan seorang pemimpin islam  yang memiliki sifat saleh,penyantun,serta selalu sabar dalam menghadapi persoalan sifat karakterristik seperti Utsman sangat diperlukan dalam membangun masyarakat sehinga negara dapat memakmurkan rakyatnya. Sedangkan pada masa kepemimpinan Ali bin Abi Thalib mengalami kondisi negara yang kacau. Pada kondisi ini dibutuhkan pemimpin yang memiliki sikap tegas persoalan serta selalu mengutamakan kebenaran.                   
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah nabi menjelang wafat?
2.      Bagaimana cara kepemimpinan Abu Bakar?
3.      Bagaimana cara kepemimpinan Umar bin Khatab?
4.      Bagaimana cara kepemimpinan Utsman bin Affan?
5.      Bagaimana cara kepemimpinan Ali bin Abi Thalib?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui sejarah nabi
2.      Untuk mengetahui kepemimpinan Abu Bakar
3.      Untuk mengetahui kepemimpinan Umar bin Khatab
4.      Untuk mengetahui kepemimpinan Utsman bin Affan
5.      Untuk mengetahui kepemimpinan Ali bin Abi Thalib



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Nabi
Menjelang Rasulullah Saw wafat,beliau memiliki firasat bahwa itulah saat-saat terakhirnya dalam keadaan yang sekarat Rasulullah Saw mengumpulkan para sahabat dan ahli keluarganya.Semua berkumpul di dalam kesedihan melihat Rasulullah yang sudah terbaring lemah tak berdaya.Dalam suasana itu Rasulullah sempat bersabda pada orang-orang yang berkumpul mendampingi beliau,"Adakah di antara kalian yang pernah aku sakiti?" pada saat itu Bilal-pun menjawab "Aku ya Rasul! dulu engkau memiliki cambuk pengendali onta yang mengenai punggungku" kemudian Rasulullah memanggil putrinya Fatimah dan bersabda kepadanya "Wahai Fatimah ambilkanlah cambuk tersebut dan berikanlah kepada Bilal sahabat ku ini!" Fatimah mengambilkan cambuk tersebut kemudian memberikannya kepada Bilal sambil berkata "Wahai Bilal! sungguh teganya engkau pada saat-saat sekaratnya Rasulullah untuk menagih qisas di manakah belas kasihmu yang dulu pernah Rasulullah berikan kepadamu?!" Rasulullah Saw menyanggah ucapan Fatimah tersebut"Fatimah,sudahlah!.Berikanlah cambuk itu kepada Bilal ia pantas menagihnya" ungkap Rasulullah sembari tersenyum.
Kemudian Rasulullah Saw membuka pakaiannya lalu memberikan punggungnya yang putih bersih itu kepada Bilal untuk di cambuk ketika Bilal melihat punggung Rasulullah Saw pada saat itu Bilal membuang cambuk yang ada di tangannya,kemudian ia menangis dan memeluk punggung Nabi sambil berkata "Sungguh inilah impian terbesarku untuk dapat memeluk tubuhmu yang bersih ini ya Rasulullah!" Seketika itu pula keharuan menyelimuti hati setiap orang yang menyaksikan peristiwa tersebut.
Hingga suatu ketika di saat Rasulullah sudah mulai merasakan ajalnya sudah dekat Rasulullah Saw bersabda "Aku telah meninggalkan 2 perkara di tengah-tengah kalian barang siapa di antara kalian yang berpegang teguh pada 2 perkara tersebut maka niscaya kalian tidak akan tersesat adapun 2 perkara tersebut adalah Kitabullah (Al Qur'an) dan Sunnah-ku (Hadist)". Hingga pada beberapa saat kemudian Rasulullah Saw-pun memejamkan mata untuk selama-lamnya.
 Setelah Rasulullah Saw wafat sebagian sahabat dari kaum Anshar dan beberapa orang dari kaum Muhajirin berkumpul mengadakan musyawarah di Saqifah Bani Sa'idah untuk memilih siapa yang akan menggantikan posisi Nabi Saw untuk memimpin umat islam selanjutnya.Sebab Rasulullah tidak pernah memberikan wasiat atau menunjuk siapa calon pengganti beliau setelah sepeninggal beliau hanya saja Rasulullah menyerahkan perkara tersebut kembali kepada kaum muslimin.
 Di dalam pertemuan tersebut sempat terjadi perdebatan yang seru antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin dalam memilih callon pemimpin umat selanjutnya.Ada yang menginginkan Ali Bin Abithalib sebagai pemimpin umat islam selanjutnya ada pula yang menginginkan Abu Bakar bahkan Ustman Bin Affan dan Umar Bin Khatab.Setelah melewati perdebatan yang seru akhirnya di tunjuklah Abu Bakar dengan segala pertimbangan. Semua sahabat yang ikut di dalam musyawarah setuju untuk mengangat Abu Bakar menjadi pemimpin umat islam setelah Nabi Saw.Hingga Abu Bakar-pun menjadi Khalifah yang pertama.

B.Masa Kekhalifahan Abu Bakar As-Sidiq Radiallahu 'anhu
  Pada kisah sebelumnya di ceritakan bahwasannya Rasulullah Saw tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau setelah beliau wafat.Rasulullah Saw tampaknya menyerahkan hal itu sepenuhnya kepada kaum muslimin. Karena itu tidak beberapa lama setelah Nabi Saw wafat belum lagi jenazah beliau di kuburkan sejumlah kaum Anshar dan Muhajirin berkumpul di balai Saqifah di tengah-tengah kota Bani Sa'idah-Madinah.Mereka bermusyawarah untuk mencari siapa yang akan menggantikan Rasulullah meneruskan kekuasaan islam musyawarah tersebut berlangsung seru dan kaum Anshar dan kaum Muhajirin sama-sama merasa pantas untuk mengemban tampuk kepemimpinan islam setelah Rasulullah Saw wafat, namun dengan tetap mengedepankan Ukhwah Islamiah akhirnya Abu Bakar-pun terpilih menjadi pemimpin umat islam selanjutnya.Berbagai pertimbangan menjadi pilihan para sahabat pada saat itu untuk mengangkat Abu Bakar sebagai Khalifah di antara pertimbangan tersebut adalah ketika Rasulullah Saw hendak hijrah ke Yastrib (Madinah) pada awal mulanya Abu Bakar-lah orang yang di pilih Nabi Saw untuk menemaninya hijrah dan Abu Bakar juga adalah orang yang pertama mengakui Israj Mi'raj Nabi Saw maka ia di juluki dengan As-Siddiq (orang yang percaya).Dalam suatu riwayat pernah di ceritakan ketika Nabi Saw sakit berat Nabi Saw menunjuk Abu Bakar menggantikannya untuk menjadi imam shalat berjamaah inilah indikasi yang membuat penduduk Madinah dan kalangan sahabat dari kaum Anshar dan Muhajirin sepakat mengangkat Abu Bakar menjadi pengganti Rasulullah Saw untuk memimpin islam selanjutnya.Akhirnya Abu Bakar di baiat menjadi khalifah pertama umat islam. Sebagai pemimpin umat islam setelah Rasulullah Saw Abu Bakar di sebut Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul Allah).Abu Bakar menjadi khalifah hanya kurun waktu 2 tahun pada tahun 634 M ia meninggal dunia.
Masa sesingkat itu di habiskan oleh Abu Bakar untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di dalam negeri terutama menghadapi sebagian suku arab yang tidak mau tunduk mengikuti kepemimpinannya.Beberapa suku tersebut berpendapat bahwa perjanjian mereka hanya kepada Rasulullah Saw dan batal setelah Rasulullah Saw wafat di sebabkan alasan tersebutlah mereka tidak mau taat pada pemerintahan Abu Bakar karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang di anggap dapat membahayakan agama dan pemerintahan akhirnya Abu Bakar ber-ij'tihad untuk memerangi golongan yang membangkang.Selain memerangi golongan murtad di sisi lain Abu Bakar juga di hadapkan dengan perang menghadapi golongan Nabi palsu Musailamah al-Kazzab (sang pendusta) yang menganggap dirinya sebagai Nabi pengganti Rasulillah Saw di sisi lainnya juga Abu Bakar harus menumpas golongan orang-orang yang menolak mengeluarkan zakat meski golongan ini tidak secara keseluruhan menentang peraturan di dalam islam.Perang yang terjadi dalam peristiwa ini di sebut dengan perang Riddah (Perang melawan kemurtad'an). Khalid Ibn Walid adalah panglima yang sangat berjasa dalam menumpas gerakan-gerakan murtad di dalam perang Riddah.
  Pada masa kekhalfahan Abu Bakar sistim pemerintahan tidak begitu jauh berbeda dengan sistim pemerintahan di masa Rasulullah Saw.Keputusan dan kebijakan mutlak di tangan penguasa.Khalifah juga melaksanakan hukum yang telah di tetapkan dalam Al Qur'an dan As-Sunnah.Namun meskipun demikian Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya untuk bermusyawarah dalam menentukan perkara dan urusan dalam islam dan pemerintahannya.
 Setelah Abu Bakar menyelesaikan konflik di dalam negeri,barulah ia mulai mengirimkan ekspedisi-ekspedisi perangnya ke luar Arabia.Khalid Ibn Walid di kirim ke Irak dan ia-pun dapat menguasai wilayah al-Hirah di tahun 634 M ke Syiria juga di kirim ekspedisi perang di bawah komando 4 panglima yaitu Abu Ubaidah, Amr Ibn 'Ash,Yazid Ibn Abi Sufyan,dan Syurahbil.Sebelumnya ekspedisi militer ke Syiria yang salah satu kelompok pasukannya di pimpin oleh Usamah Ibn Zaid sedangkan pada saat itu ia masih berumur 18 tahun di karenakan kekhawatiran Abu Bakar terhadap pengalaman dan usia Usamah Ibn Zaid untuk menaklukan wilayah operasinya Khalid Ibn Walid-pun di utus untuk melapisi pasukan Usamah Ibn Zaid ini Abu Bakar memerintahkan kepada Khalid Ibn Walid bersama pasukannya meninggalkan Irak  untuk bergabung bersama pasukan Usamah Ibn Zaid dengan melalui padang pasir yang jarang di lalui manusia Khalid Ibn Walid beserta pasukannya sampai di Syiria dan bergabung dengan pasukan Usamah Ibn Zaid.
Pada saat Abu Bakar meninggal barisan depan pasukan muslimin pada saat itu tengah melaksanakan ekspansi di beberapa negara,yakni di Palestina, Irak,dan kerajaan Hirah.Pada saat itu pula Abu Bakar di gantikan oleh orang paling ia percayai yang telah banyak berjasa membantunya selama menjadi Khalifah,yakni Umar Ibn Khattab.Ketika Abu Bakar sakit dan ia merasa ajalnya sudah dekat Abu Bakar bermusyawarah dengan para sahabat kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat islam.Keputusan Abu Bakar-pun di terima oleh rakyat islam yang segera berbondong-bondong membaiat Umar Ibn Kattab. 

C.Masa KekhalifahanUmar Ibn Khatab Radiallahu 'anhu
Pada masa Umar Ibn Khattab,ia menyebut dirinya sebagai Khalifah Rasulillah (Pengganti Nabi Allah) ia juga yang memperkenalkan istilah Amir al-Mukminin (Pemimpin orang-orang yang beriman).Di zaman Umar Ibn Khattab gelombang ekspansi (perluasan kekuasaan) pertama terjadi dalam penaklukan Ibu kota Syiria,kemudian Damaskus-pun jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian setelah Pasukan Bizantium (Romawi) kalah di dalam pertempuran Yarmuk seluruh daerah Syiria-pun jatuh di bawah kekuasaan islam dengan menjadikan Syiria sebagai basis ekspansi militer-pun di teruskan ke Mesir di bawah komando Sa'ad Ibn Abi Waqqash Kota Alexandria/Iskandaria ibu kota Mesir dapat di taklukan pada tahun 637 M dari sana ekspansi di lanjutkan ke ibu kota Persia al-Madain Ibu kota al-Madain jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M Moshul dapat di kuasai.Dengan demikian pada masa kekhalifahan Umar Ibn Khattab wilayah kekuasaan islam sudah meliputi Jazirah Arabia,Palestina,Syiria,Mesir,dan sebagian besar wilayah Persia.
 Karena perluasan wilayah kekuasaan terjadi begitu cepat,Umar Ibn Khattab segera membuat administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang telah berkembang pada saat itu,terutama di kawasan Persia. Wilayah negara di atur menjadi 8 bagian propinsi.Makkah,Madinah,Syiria,Irak,Basrah,Kufah,Palestina,dan Mesir.Pada masa tersebut juga mulai di atur dan di tertibkan sistim pembayaran gaji dan pajak tanah.Pengadilan di dirikan,dan untuk menjaga keamanan serta ketertiban,kesatuan pasukan kusus di dalam negeri-pun di bentuk untuk bertanggung jawab dalam mengatasi keamanan dan ketertiban,atau sekarang lebih sering di sebut polisi.Umar Ibn Khattab juga mendirikan Baitul Mal membuat mata uang,dan membuat tahun Hijriah. Umar memerintah selama 10 tahun,sejak tahun 634-644 M atau 13-23 H.Masa pemerintahan Umar Ibn Khattab berakhir dengan terbunuhnya beliau.Umar Ibn Khattab di tikam dari belakang oleh seorang Majusi,budak dari Persia yang bernama Abu Lu'lu'ah.Setelah kematian Umar Ibn Khattab,maka di pilih-lah Ustman Ibn Affan sebagai Khalifah selanjutnya.Pada sebelum kematiannya Umar Ibn Khattab telah mengumpulkan 6 orang sahabat besarnya dan sekaligus sahabat-sahabat dekat Rasulullah pada zamannya,yakni Ali Ibn Abi Thalib,Ustman Ibn Affan,Sa'ad Ibn Abi Waqqash,Abdurrahman Ibn Auf,Thalhah,dan Zubair.
Umar Ibn Khattab memberikan wasiat kepada mereka untuk memilih salah satu di antara mereka yang akan menggantikan posisinya sebagai Khalifah apabila saatnya ia meninggal dunia nanti.Dan setelah Umar Ibn Khattab wafat 6 orang sahabat yang pernah di kumpulkannya itu bermusyawarah untuk memilih Khalifah pengganti selanjutnya.Akhirnya setelah terjadi pertimbangan yang sangat ketat antara 2 pilihan,yakni Ali Ibn Abi Thalib dan Ustman Ibn Affan maka di pilihlah Ustman Ibn Affan sebagai Khalifah selanjutnya yang menggantikan Khalifah sebelumnya.Setelah keputusan itu di ambil dan di umumkan rakyat-pun beramai-ramai berbaiat kepada Ustman Ibn Affan.

D.    MasaKekhalifahan Utsman Ibn Affan Radiallahu 'anhu
Di dalam masa pemerintahan Ustman Ibn Affan,644-655 M.Armenia,Tunisia,Cyprus,Rhoddes,Transaxania,Tabaristan,dan bagian yang tersisa dari Persia berhasil di taklukan.Ekspansi islam yang pertama berhenti sampai di sini. Pemerintahan Ustman Ibn Affan berlangsung selama 12 tahun pada masa-masa terakhir kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kekecewaan di kalangan umat islam kepadanya.Kepemimpinan Ustman Ibn Affan memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar Ibn Khattab.Hal ini di sebabkan hasutan dan fitnahan dari Abdullah Bin Saba' al-Yamani salah seorang Yahudi yang berpura-pura masuk islam.
Abdullah Bin Saba' ini suka berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain untuk menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin yang baru keislamannya. Akhirnya pada tahun 1655 M atau 35 H Ustman di bunuh oleh kaum yang memberontak pada kekuasaannya,yang terdiri dari orang-orang yang berhasil terhasut oleh hasutan Abdullah Bin Saba'. Salah 1 faktor yang menyebabkan banyak rakyat yang berburuk sangka terhadap kepemimpinan Ustman Ibn Affan adalah kebijakannya mengangkat ahli keluarganya dalam jabatan tinggi.Terutama pada pengangkatannya terhadap Marwan Ibn Hakam.Banyak yang menduga bahwa Marwan Ibn Hakam-lah yang menjalankan pemerintahan sedangkan Ustman Ibn Affan menurut mereka hanyalah sebagai penyandang gelar Kekhalifahan saja.
Setelah banyak dari anggota keluarganya yang menduduki jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan Ustman bagaikan onta yang di kendalikan oleh kerabatnya Ustman Ibn Affan tidak bisa berbuat terlalu banyak dan terlalu lemah pada kerabatnya bahkan Ustman-pun tidak tegas terhadap kesalahan bawahannya.Harta kekayaan negara di bagi-bagi oleh kerabatnya tanpa terkendali oleh Ustman sendiri.Itu semua akibat fitnah yang di sebarkan oleh Abdullah Bin Saba'.Pada hal Ustman Ibn Affan-lah yang berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembangunan aliran air ke kota-kota.Ustman Ibn Affan juga membangun jembatan-jembatan,jalan-jalan,masjid-masjid,dan memperluas Masjid Nabi di Madinah.
Pada saat sebelum kematian Ustman Ibn Affan di ceritakan bahwa rumah Ustman Ibn Affan sempat di kepung oleh kelompok pemberontak yang menyebar di setiap penjuru kota Madinah kejadian itu terjadi pada saat orang-orang tengah berduyun-duyun menunaikan ibadah haji ke Makkah.Pengepungan itu terjadi selama 40 hari lamanya di mulai pada bulan Ramadhan hingga Dzulhijah.
Ustman Ibn Affan sebagai Khalifah di ancam dan di beri 2 pilihan oleh kelompok pemberontak melepaskan kekhalifahannya atau di bunuh. Meski pada saat itu Ustman Ibn Affan adalah orang yang memiliki kekuasaan dan kekuatan sebagai Khalifah,namun Ustman tidak rela menumpahkan darah sesama muslim dan akhirnya kelompok pemberontak memaksa masuk ke dalam rumahnya lalu membunuh Ustman pada saat ia sedang membaca Al Qur'an.Kejadian syahidnya Ustman tersebut persis seperti apa yang Rasulullah Saw kabarkan pada semasa hidup beliau.Rasulullah Saw pernah menyatakan bahwa kelak Ustman akan mati syahid.Ustman Ibn Affan akhirnya di makamkan di makam al-Baqi' di Madinah. Setelah Ustman Ibn Affan wafat rakyat beramai-ramai berbaiat kepada Ali Ibn Abi Thalib,dan Ali Ibn Ibi Thalib-pun resmi memimpin kekhalifahan selanjutnya.

E.     Masa Kekhalifahan Ali Ibn Abi Thalib Radiallahu 'anhu
Ali Ibn Abi Thalib memimpin kekhalifahan hanya berselang 6 tahun selama masa pemerintahannya,ia menghadapi masa pergolakan dan konflik yang banyak terjadi di negara islam tidak ada masa sedikitpun dalam pemerintahannya bisa di katakan stabil.Setelah menduduki jabatan kekhalifahan Ali Ibn Abi Thalib memberhentikan beberapa gubernur yang di angkat di masa Ustman Ibn Affan.Ali Ibn Abi Thalib yakin pemberontakan-pemberontakan yang terjadi akibat kelalaian mereka.Ali Ibn Abi Thalib juga menarik kembali tanah yang di hadiahkan Ustman Ibn Affan kepada penduduk dengan mengutip hasil dan menyerahkan pendapatannya kepada negara.Dan Ali Ibn Abi Thalib juga kembali menerapkan sistim pajak tahunan pada setiap muslim sebagaimana yang pernah di terapkan di zaman kekhalifahan Umar Ibn Khattab. Tidak lama setelah itu Ali Ibn Abi Thalib harus menghadapi pemberontakan Thalhah,Zubair dan Aisyah.Mereka beralasan bahwa Ali Ibn Abi Thalib tidak mau menjatuhkan hukuman kepada pembunuh Ustman Ibn Affan dan mereka menuntut qisas terhadap darah Ustman Ibn Affan yang telah di tumpahkan secara zalim.
 Ali Ibn Abi Thalib berusaha menghindari perselisihan tersebut iapun mengirimkan surat kepada Thalhah dan Zubair dan mengajak ke 2 nya untuk berunding untuk menyelesaikan perkara tersebut secara damai, namun ajakan tersebut di tolak.Akhirnya peperangan hebat-pun terjadi perang ini di kenal dengan perang Jamal (Unta),karena Aisyah dalam peperangan tersebut menunggang unta.Di dalam peperangan tersebut Thalhah dan Zubair akhirnya terbunuh sedangkan Aisyah di kirim kembali ke Madinah. Bersamaan dengan itu kebijakan-kebijakan Ali Ibn Abi Thalib-pun juga banyak menimbulkan ketidak puasan yang berakibat terjadinya pemberontakan dari para gubernur di Damaskus.Muawiyah di dukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kehormatan akibat kebijakan Ali Ibn Abi Thalib mulai mengumpulkan orang-orang yang setia kepadanya yang kebanyakan dari kalangan militer.Kemudian Muawiyah mulai menyusun kekuatan perang untuk melakukan perlawanan kepada khalifah Ali Ibn Abi Thalib.
Setelah pemerintahan Ali Ibn Abi Thalib berhasil memadamkan pemberontakan Thalhah, Zubair, Aisyah, dan Ali Ibn Abi Thalib-pun mulai memfokuskan kekuatan perang untuk di kirim  ke Damaskus dalam misi menumpas pemberontakan Muawiyah Ali ibn Abi Thalib beserta sejumlah besar pasukannya bergerak menuju Damaskus mendengar kabar Ali Ibn Abi Thalib beserta pasukannya menuju Damaskus Muawiyah-pun mempersiapkan bala tentaranya,dan menghadang Ali Ibn Abi Thalib beserta pasukannya di kawasan Shiffin.Akhirnya 2 kekuatan pasukan tersebut bertemu di Shiffin,lalu terjadilah pertempuran yang hebat.Peperangan tersebut di kenal dengan perang Shiffin. Perang ini di akhiri dengan Tahkim (perundingan) akan tetapi tahkim tidak dapat menyelesaikan masalah.Bahkan tahkim berdampak buruk bagi khalifah Ali Ibn Abi Thalib sebab beberapa kelompok dari pasukannya keluar dari ketaatan kelompok ini sering di sebut-sebut sebagai al-Kawarij (orang-orang yang keluar dari barisan).Akibatnya kekhalifahan Ali Ibn Abi Thalib terguncang dan umat islam-pun mulai berpecah belah menjadi 3 kekuatan besar yakni golongan Muawiyah, Syi'ah (pengikut Abdullah Bin Saba' yang sebelumnya menjatuhkan kekhalifahan Utsman Ibn Affan) yang menyusup dalam barisan pasukan Ali Ibn Abi Thalib dan golongan ke 3 adalah al-Kawarij penyebab lemahnya kekuatan pasukan Ali Ibn Abi Thalib. Sementara di sisi lain posisi Muawiyah beserta pasukannya semakin kuat.
Pada 20 ramadhan 40 H atau 660 M Ali Ibn Abu Thalib terbunuh oleh seorang anggota al-Kawarij yaitu Abdullah Ibn Muljam.Posisi khalifah pada saat itu sempat di gantikan oleh anak Ali Ibn Abi Thalib yaitu Ali al-Hasan Ibn Ali,namun di karenakan al-Hasan menginginkan perdamaian dan menghindari pertumpahan darah,maka al-Hasan menyerahkan kekuasaan kekhalifahan kepada Muawiyah dan akhirnya penyerahan kekuasaan ini dapat menyatukan umat islam kembali di dalam 1 kekuasaan di sisi lain penyerahan kekuasaan tersebut juga menjadikan Muawiyah sebagai penguasa absolut dalam islam. Tahun 41 H atau 661 M di kenal sebagai tahun jama'ah (tahun persatuan) dengan demikian maka berakhirlah masa Khulafa'ur Rasyidin dan di mulailah kekuasaan Bani Umayyah.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sebagai penutup dari kajian ini dapat dipertegas bahwa Ali bin Abi Thalib, meskipun merasa layak untuk memegang jabatan khalifah, namun ia dengan hati terbuka dan berjiwa besar dapat menerima dengan baik suksesi kepemimpinan setelah wafatnya Rasulullah saw. Ali tidak pernah memperlihatkan sikap menentang terhadap khalifah yang dipilih terutama kepada Abu Bakar Siddiq yang merupakan sahabat dekatnya. Bahkan ia selalu menunjukkan loyalitas yang tinggi kepada pemerintahan Abu Bakar bahkan kepada khalifah setelah Abu Bakar.
 Walaupun sering terjadi aksi unjuk rasa baik yang pro maupun yang kontra terhadap khalifah yang terpilih namun di saat paling penting Ali tampil dengan menyumbangkan pendapatnya yang cemerlang untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang ada sehingga tercipta situasi yang kondusif, stabil dan damai.















DAFTAR PUSTAKA
.
 Murtadha Mutahhari, 1991, Imam dan Khilafat, Jakarta, Satrio Pinandito Fird Ahmad Amin, 1975, Zuhrur Islam, Mesir, Al-Nadhah.
Abu Bakar Aceh, 1980, Perbandingan Madzhab Syi’ah Rasionalisme Dalam Islam, Kota Baru, Pustaka Aman Press.
 Al-Nadawi, Abu al-Hasan Ali, 1995, Ahlussunnah dan Syi’ah Menilai Rasulullah, Jakarta, Al-Qolam.
 Al-Syahrastani, 1956, Milal Wa al-Nihal, Kairo, al-Halabi. Al-Syawkani, 1984, Durr al-Sahabah, Fi Manaqib al-Qarabah, Dimasyqi, Dar al-Fikr.
 Ibn Qutaybah, Abdullah bin Muslim, 1937, Al-Imamah Wa al-Siyasah, Mesir, al-Halabi.
Ibn Tabataba al-Tiqtaqa, 1960, Tarikh al-Duwal al-Islamiyah, Beirut aus. Muhammad Ridha al-Muzaffar, tt., Aqidah Syi’ah Imamiyah, Soeyb Yoesoef, 1982, Pertumbuhan Dan Perkembangan Aliran Sekte Syi’ah, Jakarta, Al-Husna.



                                                                                                                

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Kepemimpinan Umat Setelah Nabi"

Post a Comment