Makalah Ingatan Dalam Pandangan Psikologi
MAKALAH
PSIKOLOGI
UMUM DAN SOSIAL
INGATAN
DALAM PANDANGAN PSIKOLOGI
Disusun Oleh :
Atiqoh
Burul Baiti
201701013
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
SAINS AL-QUR’AN
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Segala macam belajar melibatkan ingatan. Jika kita tidak dapat mengingat
apa pun mengenai pengalaman kita, kita tidak akan dapat belajar apa-apa.
Kehidupan hanya sebuah pengalaman sementara yang sangat berkaitan antara satu
dengan yang lain. Kita tidak dapat melakukan apapun walaupun percakapan yang
sederhana sekalipun, karena untuk berkomunikasi kita harus mengingat pikiran
yang kita ungkapkan dan pikiran yang baru disampaikan kepada kita. Tanpa
ingatan kita tidak dapat merefleksikan diri kita sendiri, karena pemahaman diri
tergantung pada suatu kesadaran yang berkesinambungan yang hanya dapat
terlaksana dengan adanya ingatan.
Pada umumnya para ahli psikologi khususnya mereka yang tergolong cognitivist (ahli
sains kognitif) sepakat bahwa hubungan antara belajar, memori, dan pengetahuan
itu sangat erat dan tak mungkin dipisahkan. Memori yang biasanya kita artikan
sebagai ingatan itu sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap informasi
dari stimulus, dan ia merupakan storage system, yakni sistem
penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam otak manusia.
Ingatan sangat penting bagi manusia, karena ingatan adalah tempat
penyimpanan pengetahuan bagi manusia. Berkenaan dengan itu kami sebagai penulis
akan membahas tentang apa itu Ingatan (memori), teori-teori ingatan yang
dikemukakan oleh para ahli psikologi, bermacam-macam ragam ingatan, gangguan
ingatan pada manusia, hubungan ingatan dan IQ, dan cara meningkatkan daya
ingat.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian ingatan (memori)?
2.
Bagaimana teori tentang ingatan (memori)?
3.
Apa saja ragam ingatan (memori)?
4.
Apa perbedaan memori dan iq?
5.
Apa saja gangguan ingatan pada manusia?
6.
Bagaimana cara meningkatkana daya ingat?
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian ingatan (memori).
2.
Untuk mengetahui Bagaimana teori tentang ingatan (memori).
3.
Untuk mengetahui apa saja ragam ingatan (memori).
4.
Untuk mengetahui apa perbedaan memori dan IQ.
5.
Untuk mengetahui apa saja gangguan ingatan pada manusia.
6.
Untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkana daya ingat.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ingatan (Memori)
Ingatan (memori) yaitu suatu daya yang dapat menerima, menyimpan, dan
mereproduksi kembali sebuah pengetahuan. Memori/ingatan dipengaruhi oleh:
1. Sifat
seseorang.
2. Alam
sekitar.
3. Keadaan
jasmani.
4. Keadaan
rohani (kemauan, perasaan, dan lain-lain).
5. Umur
manusia.
Ingatan
digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Daya ingatan yang mekanis, artinya
kekuatan ingatan itu hanya untuk pengetahuan yang diperoleh dari pengindraan.
2. Daya
ingatan logis, artinya daya ingatan itu hanya untuk pengetahuan-pengetahuan yang mengandung
pengertian.[1]
Pengetahuan yang kita dapat melalui indera maupun melalui akal (pikiran),
kemudian masuk ke dalam kesadaran jiwa dan tersimpan oleh jiwa. Jiwa kita
mempunyai kesanggupan untuk menyimpan pengetahuan untuk beberapa lama, bahkan
sampai seumur hidup; dan mengeluarkan kembali pengetahuan tadi sewaktu-waktu
dibutuhkan. Fungsi jiwa yang demikian ini disebut ingatan atau memori. Dan
ternyata ingatan itu tidak pasif saja, tidak hanya menerima dan menyimpan saja,
tetapi juga aktif, yakni mencari kembali pengetahuan-pengetahuan yang telah
masuk dalam ingatan, bahkan sudah masuk dalam ketidaksadaran, menimbulkan
kembali dalam kesadaran, maka fungsi pokok adalah sebagai berikut:
1. Encoding (Memasukkan
pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar).
2. Storage (Menyimpan
pengetahuan-pengetahuannya).
3. Recall (Mengingat
kembali, jika diperlukan).[2]
Menurut Bruno (1987), memori (ingatan) ialah proses mental yang meliputi
pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan yang
semuanya terpusat di dalam otak. Apabila menerima sebuah informasi melalui
indera mata dengan cara melihat simbol/tulisan atau telinga mendengar
informasi, maka mula-mula informasi tersebut akan masuk ke dalam short
term memory atau working memory/memori jangka pendek.
Kemudian, informasi tersebut diberi kode-kode khusus. Setelah selesai proses
pengkodean (encoding), informasi itu masuk dan tersimpan di dalamlong term
memory atau permanent memory (memori jangka panjang
atau permanen).
Suatu saat apabila memerlukan informasi tersebut, maka memori akan kembali
berkerja atau berproses mencari respon dari kumpulan item-item informasi dan
pengetahuan yang terdapat dalam salah satu skema yang relevan tersebut. Skema
(skema kognitif) adalah semacam file yang berisi informasi dan
pengetahuan sejenis seperti linguistic schema untuk memahami
kalimat dan cultural schema untuk menafsirkan mitos dan
kepercayaan adat dan lain-lain. Skema-skema tersebut berada di dalam sebuah
kumpulan yang disebut schematayang tersimpan dalam subsistem akal
permanen manusia. Jadi, jika dianalogikan dengan komputer, schemata itu
kurang lebih ibarat folder atau directory yang
berisi file-file yang masing-masing memiliki tipe,
nama, dan kandungan yang berada antara satu dengan yang lainnya. Kalau
memerlukan informasi mengenai sesuatu, dicarilah nama file yang
relevan daridirectory/folder, lalu folder tersebut
diklik untuk membuka file atau memunculkan file yang
berisi informasi tersebut pada layar monitornya.
Setelah proses pencarian sukses dilakukan, maka terjadilah peristiwa
kognitif yang disebut recall atau retrieval, yaitu
pemanggilan kembali informasi yang terstruktur dalamschemata yang
terdapat di dalam memori tersebut.
Pemanggilan kembali informasi yang sudah disimpan dapat
menggunakan cara:
1. Recall, yaitu
proses mengingat kembali informasi yang dipelajari di masa lalu tanpa petunjuk
yang dihadapkan pada organisme. Contohnya
mengingat nama seseorang tanpa kehadiran orang yang dimaksud.
2. Recognize, yaitu
proses mengenal kembali informasi yang sudah dipelajari melalui suatu petunjuk
yang dihadapkan pada organisme. Contohnya mengingat nama seseorang pada saatia berjumpa dengan orang yang
bersangkutan.
3. Redintegrative,
yaitu proses mengingat dengan menghubungkan berbagai informasi menjadi suatu
konsep atau cerita yang cukup kompleks. Proses mengingat reintegrative terjadi bilaseseorang
ditanya sebuah nama, misalnya nama
artis pemain sinetron, maka akan teringat banyak hal
dari artis tersebut
karena orang tersebut telah menontonnya berkali-kali.
Sedangkan menurut Best (1990) setiap informasi yang diterima sebelum masuk
dan diproses oleh subsistem akal pendek (short term memory) terlebih
dahulu disimpan sesaat atau tepatnya lewat (karena hanya dalam waktu
sepersekian detik saja) dalam penyimpanan sementara yang disebut sensory
memory/sensory register, ini adalah subsistem penyimpanan pada
syaraf indera penerima informasi. Dalam dunia kedokteran subsistem ini lazim
disebut syaraf sensori yang berfungsi mengirimkan
implus-implus ke otak.
Sehubungan dengan fungsi-fungsi ingatan tersebut di atas, maka terdapatlah
sifat-sifat dari ingatan tersebut, yaitu:
1.
Ingatan disebut
luas dan cepat (immediate memory span), apabila dalam waktu yang singkat
sanggup memasukkan banyak item (pengetahuan-pengetahuan) dari luar dan lengkap
serta cepat tersimpan dalam jiwa sebagai bahan-bahan ingatan. Cepat dan luas
ingatan pada manusia semakin bertambah sehubungan dengan bertambahnya umur dan
latihan/praktik.
2.
Ingatan
disebut lama dan teguh, yaitu fungsi menyimpan atau retesi yang lama waktunya
dan tidak mengalami perubahan-perubahan ter-hadap pengetahuan yang disimpannya.
Retensi pengetahuan di dalam otak manusia dipikirkan sebagaimemory traces,
semacam engram/ tusukan-tusukan pada plat hitam. Semakin kuat tusukan maka
semakin kuat retensinya. Hal ini apat terjadi apabila pengetahuan yang
diperoleh dengan stimulus yang kuat atau jelas, persepsinya jelas sehingga
mengesankan.
3. Ingatan
disebut setia dan siap, yaitu fungsi mengingat kembali pengetahuan-pengetahuan
dari retesi dengan siap siaga (sewaktu-waktu) dan tidak mengalami
perubahan-perubahan (setia).
2.2 Teori Ingatan
Kemampuan mengingat itu bukanlah suatu reproduksi yang pasif saja mengenai
pengalaman-pengalaman yang lampau. Tetapi sebaliknya, bahwa mengingat itu
merupakan suatu proses kreatif yang kompleks. Dari berbagai hasil riset yang
dilakukan oleh sarjana-sarjana psikologi Amerika Serikat dapat di-pelajari
hasilnya yang antara lain dikemukakan, bahwa tidak semua bahan yang pernah
dipelajari dapat diingat kembali. Ingatan terhadap bahan-bahan yang telah
pernah dipelajari dipengaruhi oleh berbagai faktor. Williams dan Knoks antara
lain mengetengahkan faktor-faktor dinamis yang mempengaruhi ingatan, mereka
mencatat bahwa reproduksi ingatan dipengaruhi oleh nama-nama objek; ingatan
mengarah kepada simetrisasi, kesederhanaan, dan kesempurnaan; dan
gambaran-gambarannya dipengaruhi oleh proses-proses yang terorganisir, oleh
interaksi dengan gambaran-gambaran lain, dan oleh sikap-sikap subjek.[3]
Sedangkan Barlett mengatakan bahwa mengingat itu banyak ditentukan oleh
masa yang lampau. Dari pengalaman-pengalaman masa lampau individu
mengem-bangkan organisasi yang aktif dari gambaran-gambaran ingatan untuk
menyusun skemata atau bagan. Dalam mengingat individu kembali ke masa yang
lampau dengan struktur kognisi sekarang dengan memakai hipotesis, asumsi,
interest, dan sikap.
Jadi, Teori ingatan menurut Barllet adalah daya jiwa untuk menyusun secara
bayangan, membentuk relasi sikap ke arah pengorganisasian gambaran-gambaran
ingatan masa lampau dan sering kali dengan disertai bentuk-bentuk detail yang
menonjol yang biasanya tampak pada gambaran atau bentuk bahasa. Secara singkat
mengingat ialah merekonstruksikan gambaran-gambaran ingatan dari
pengalaman-pengalaman yang lampau.
Menurut Atkinson-Shiffrin, mengajarkan tentang ingatan ganda yang
mengasumsikan bahwa informasi yang kita miliki memasuki ingatan jangka pendek,
dimana informasi tersebut dapat dipertahankan dengan pengulangan/ dapat hilang
dengan adanya peralihan. Ingatan jangka panjang dianggap mempunyai kapasitas
yang tidak terbatas tetapi mudah mengalami kegagalan pengingatan kembali. Agar
kode informasi dapat disusun menjadi ingatan jangka panjang, informasi tersebut
haruslah ditransfer kedalam ingatan jangka pendek. Hal ini merupakan asumsi
yang sangat penting yang menghubungkan ingatan tersebut. Tetapi kita juga bias
memproses materi hanya dengan ingatan jangka panjang.
2.3 Ragam Ingatan (Memori)
Ditinjau dari sudut jenis informasi dan pengetahuan yang disimpan, memori
manusia itu terdiri atas dua macam yaitu:
1. Semantic
memory (memori khusus yang menyimpan arti-arti atau
pengertian-pengertian).
2. Episodic
memory (memori khusus yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa
atau kejadian-kejadian).
Menurut Reber
(1988), dalam memori semantik informasi yang diterima ditransformasikan dan
diberi kode arti, lalu disimpan atas dasar arti itu. Jadi, informasi yang kita
simpan tidak dalam bentuk aslinya, tetapi dalam bentuk kode yang memiliki arti.
Sesuai dengan namanya, banyak ahli yang percaya bahwa memori semantik itu
berfungsi menyimpan konsep-konsep yang signifikan dan bertalian antara satu
dengan yang lainnya. Misalnya, seseorang berkata: “Saya tahu gelatik adalah
burung dan memilikisayap.” Dalam kalimat deklaratif ini, gelatik selalu
mengacu pada burung, adapun sayap adalah karakteristik bagi burung-burung atau
hewan unggas pada umumnya.
Selanjutnya, memori episodik (Daehler dan Bukatko, 1985) adalah memori yang
menerima dan menyimpan peristiwa-peristiwa yang terjadi atau dialami individu
pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi.
Apa yang anda makan tadi pagi, ke mana anda pergi kemarin, dan peristiwa apa
yang anda alami pada hari pertama menjadi mahasiswa dan sebagainya adalah
beberapa contoh informasi yang tersimpan dalam memori episodik anda.
2.4 Memori dan IQ (Intelligence
Quotient)
Memori dan IQ, antara keduanya terdapat hubungan yang sangat erat dan tak
mungkin dipisahkan. Oleh karenanya sebagian orang menganggap bahwa IQ itu
adalah memori itu sendiri atau sebaliknya. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar,
tetapi juga tidak bisa dipandang keliru sama sekali karena tinggi rendahnya IQ
itu memang berhubungan dengan kuat atau lemahnya memori seseorang.[4]
IQ (Intelligence Quotient) pada dasarnya merupakan sebuah ukuran
tingkat kecerdasan. Dalam pandangan seorang ahli psikologi kognitif, kecerdasan
manusia itu dari hasil interaksi antara himpunan pengetahuan dengan kemampuan
khusus dalam mengolah sejumlah informasi tertentu. Oleh karenanya, kecerdasan
seseorang tidak hanya ditentukan oleh potensi dasar/pembawaannya saja, tetapi
juga oleh seberapa banyak pengetahuan yang ia miliki sebagai hasil pengalaman
belajarnya.
2.5 Gangguan Ingatan Manusia
1.
Lupa
Suatu
peristiwa seseorang tidak dapat mereproduksi tanggapan meskipun ingatan kita
dalam keadaan sehat.
2. Amnesia
Peristiwa
seseorang tidak mereproduksi tanggapan, karena ingatan dalam keadaan tidak
sehat. Misalnya gegar otak.
a. Paramnesi (Amnesia yang tidak begitu jauh dari
ingatannya, apa-apa yang masih berada di samping ingatan masih bisa diingat).
b. Auterograde (Amnesia yang peristiwa yang telah terjadi
itu terlupakan).
c. Retrograde (Amnesia yang mundur, amnesia ini tidak hanya
lupa kepada apa yang baru terjadi, tetapi juga hal-hal yang jauh sebelum
peristiwa itu terjadi, terlupakan juga).
3. Deya vu
Peristiwa
seakan-akan belum kenal sesuatu yang sebenarnya belum.
4. Jamais vu
Peristiwa
seakan-akan belum kenal kepada sesuatu yang sebenarnya sudah.
5. Depersonalis
Suatu
peristiwa seseorang yang tidak
mengenal dirinya sendiri.
6. Derealis
Suatu
peristiwa seseorang merasa asing di dalam alam yang riil, yang sebenarnya.
2.6 Meningkatkan Daya Ingat
Hal-hal yang mudah
teringat ialah:
1. Suatu
hal yang sesuai dengan perasaannya.
2. Hal-hal
yang kita alami sebaik-baiknya.
3. Hal-hal
yang menimbulkan minat dan perhatian.
4. Hal-hal
yang mengandung arti bagi seseorang.
Daya ingat adalah kemampuan seseorang menyimpan memori dan memanggil
kembali ingatan itu pada saat tepat ketika sedang dibutuhkan. Bahasa menjadi
alat definisi ketika indera mata atau indera telinga menangkap sebuah
pengetahuan. Bahasa pula yang menjadi “kunci pembuka” ingatan dan kunci pembuka
ingatan adalah yang akan membantu mengingat hal-hal vital di saat-saat penting
atau mengingat sesuatu, tepatnya ketika sedang dibutuhkan. Perlu disadari bahwa
ingatan juga berkaitan erat dengan kondisi “hati”, pada saat tertekan, kekuatan
ingatan bisa menurun, misalnya saja saat ujian, presentasi yang genting, atau
saat tertentu yang memiliki daya tekan yang luar biasa pada emosi kita.[5]
Modal utama untuk melatih daya ingat, kunci yang pertama adalah
keyakinan (belief). Keyakinan ialah keyakinan seseorang akan sesuatu
yang bernilai baik, benar, atau nyata, yang sering kali didasari oleh perasaan
pasti yang bersifat emosional dan spiritual. Yangkedua adalah
hasrat (desire). Kalau anda yakin tapi tidak berhasrat mewujudkan keyakinan
itu, maka jadi tidak ada artinya. Adapun kunci ketiga adalah
kesungguhan. Banyak orang yang meyakini dirinya bisa sukses dan memiliki hasrat
tinggi untuk meraih keberhasilan, tapi akhirnya terpuruk karena tidak memiliki
kesungguhan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam otak terdapat
sistem memori atau sistem akal manusia tersimpan yang disebut dengan ingatan.
Dengan ingatan yang dimiliki, manusia dapat menyerap, mengolah, menyimpan dan
memproduksi pengetahuan yang ada di dalam memori yang berada di dalam otak.
Dengan itu struktur sistem akal manusia terdiri atas tiga subsistem,
yakni: sensory register, short term memory, dan long
term memory.
Ingatan (Memori) manusia terbagi kepada dua macam, tergantung jenis
informasi atau pengetahuan yang masuk ke dalam ingatannya. Memori manusia itu
ada yang hanya menyimpan tentang arti-arti atau pengertian-pengertian dari
informasi yang ia dapat. Ada juga yang hanya menyimpan peristiwa-peristiwa yang
pernah ia alami atau ia lihat, tergantung informasi apa yang masuk kedalam
ingatannya
Ingatan tidak selamanya berkerja dengan baik ada beberapa hal yang dapat
menggangu ingatan, seperti lupa, amnesia, deya vu, jamais vu, depersonalis,
derealis. Untuk meminimalisir adanya ganguan ingatan kita dapat melatih ingatan
dengan adanya keyakinan, hasrat, dan kesungguhan yang harus kita miliki.
[1] Rita
L. Atkinson dkk, Pengantar Psikologi, terj. Nurdjannah Taufiq
dan Rukmini Barhana (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1983), h. 341.
[5] Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Asdi Mahasatya,
2004), h. 28-29.
0 Response to "Makalah Ingatan Dalam Pandangan Psikologi"
Post a Comment