Makalah Ilmu Tasawuf, Perbedaana dan Persamaannya dengan Ahlak
MAKALAH
TASAWUF
ILMU
TASAWUF, PERBEDAAN DAN PERSAMAANNYA DENGAN AKHLAK, ILMU AKHLAK DAN SUHUF
Dosen Pengampu : Huzma Juliantri, M.Pd
Disusun Oleh :
SEKOLAH
TINGGI ILMU TARBIYAH
MAMBA’UL
ULUM KOTA JAMBI
2020
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniannya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah berisi tentang” Ilmu Tasawuf, Perbedaan Dan
Persamaannya Dengan Akhlak, Ilmu Akhlak Dan Suhuf” tepat pada waktunya.
Kami
berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi
para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
belajar.
Kami
menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan karena pengetahuan yang kami
miliki masih terbatas. Oleh karena
itu, kami berharap kritik dan saran bagi pembaca yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah kami ini.
Jambi, Maret
2020
` Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... .... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. .... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan...............................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Filsafat......................................................................................................... 2
B. Filsafat Islam............................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berfikir merupakan hal yang
selalu dilakukan oleh manusia, dan berpikir pula merupakan keistimewaan yang
diberikan oleh Allah swt kepada kita manusia. Akal yang diberikan oleh-Nya
merupakan suatu pembeda antara kita dengan makhluk lainnya. Para ilmuan-ilmuan
yang terkemuka memberikan definisi tentang ilmu Filsafat namun masing-masing
definisi mereka berbeda akan tetapi tidak bertentangan, bahkan saling mengisi
dan saling melengkapi dan terdapat kesamaan yang saling mempertalikan semua
definisi itu. Hal tersebut baik untuk menambah wawasan kita karena dengan
mengetahui pengertian dari para ilmuan-ilmuan sebelum kita, kita banyak belajar
dari sana.
Filsafat merupakan suatu upaya
berfikir yang jelas dan terang tentang seluruh kenyataan, filsafat dapat
mendorong pikiran kita untuk meraih kebenaran yang dapar membawa manusia kepada
pemahaman, dan pemahaman membawa manusia kepada tindakan yang lebih layak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas maka rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut:
1.
Apa pengertian filsafat?
2.
Bagaimana ruang lingkup filsafat?
3.
Apa pengertian Filsafat Islam?
4.
Bagaimana Sejarah Muncul Filsafat Islam?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian filsafat?
2.
Untuk mengetahui ruang
lingkup filsafat?
3.
Untuk mengetahui pengertian
Filsafat Islam?
4.
Untuk mengetahui Sejarah
Muncul Filsafat Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat
1.
Pengertian
Filsafat
Pengertian filsafat, dalam sejarah perkembangan
pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya
selalu berbeda, dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri.
Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi dan
secara terminologi.
a. Filsafat secara Etimologi
Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal
dengan istilah falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah philosophy adalah berasal dari bahasa
Yunani philosophia. Kata philosophia terdiri atas
kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang
berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat
berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya.
Dengan demikian, seorang filsuf adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan.
Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM). Arti
filsafat pada saat itu belum begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu
diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan juga digunakan oleh
Socrates (470-399 M) dan para filsuf lainnya.[1]
b. Filsafat secara Terminologi
Secara terminologi dalam arti yang dikandung
oleh istilah filsafat. Dikarenakan batasan dari filsafat itu banyak maka
sebagai gambaran perlu diperkenalkan beberapa batasan.
1) Plato
Plato berpendapat bahwa filsafat adalah
pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang
asli.
2) Aristoteles
Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu
(pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang didalamnya terkandung
ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika
(filsafat keindahan).
3) Al Farabi
Filsuf Arab ini mengatakan bahwa filsafat
adalah ilmu (pengetahuan) tentang hakikat bagaimana alam maujud yang
sebenarnya.
4) Hasbullah Bakry
Menurut Bakry, ilmu filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan
juga manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia
seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.[2]
5) Notonegoro
Notonegoro berpendapat bahwa filsafat itu
menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang
terdalam, yang tetap dan yang tidak berubah, yang disebut hakikat.
Adapun Ali Mudhofir dalam buku Surajiyo
memberikan arti filsafat sangat beragam, yaitu sebagai berikut.
a. Filsafat sebagai suatu sikap
Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan
dan alam semesta. Sikap secara filsafat adalah sikap menyelidiki secara kritis,
terbuka, toleran, dan selalu bersedia meninjau suatu problem dari semua sudut
pandang.
b. Filsafat sebagai suatu metode
Filsafat sebagai metode, artinya cara berpikir
secara mendalam (reflektif), penyelidikan yang menggunakan alasan, berpikir
secara hati-hati dan teliti. Filsafat berusaha untuk memikirkan seluruh
pengalaman manusia secara mendalam dan jelas.
c. Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa
dan penjelasan makna istilah, kebanyakan filsuf memakai metode analisis untuk
menjelaskan arti suatu istilah dan pemakaian bahasa. Beberapa filsuf mengatakan
bahwa analisis tentang arti bahasa merupakan tugas pokok filsafat dan tugas
analisis konsep sebagai satu-satunya fungsi filsafat. Para filsuf analitis
seperti G. E. Moore, B. Russel, L. Wittgeenstein, G. Ryle, J. L. Austin, dan
yang lainnya berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan berbagai
kekaburan dengan cara menjelaskan arti istilah atau ungkapan yang dipakai dalam
ilmu pengetahuan dan dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Mereka berpendirian
bahwa bahasa merupakan laboratorium para filsuf, yaitu tempat menyemai dan
mengembangkan ide-ide.
Filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau
dogmatis seperti yang kita lakukan pada kehidupan sehari-hari atau bahkan dalam
kebiasaan ilmu pengetahuan. Akan tetapi secara kritis, dalam arti: setelah
segala sesuatunya diselidiki problem-probelm apa yang dapat ditimbulkan oleh
pertanyaan-pertanyaan yang demikian itu dan setelah kita menjadi sadar dari
segala kekaburan dan kebingungan, yang menjadi dasar bagi pengertian kita
sehari-hari.[3]
Pendapat ini benar adanya, sebab intisari
berfilsafat itu terdapat dalam pembahasan bukan pada defenisi. Namun, defenisi
filsafat untuk dijadikan patokan awal diperlukan untuk memberi arah dan cakupan
objek yang dibahas, terutama yang terkait dengan filsafat ini. Karena itu,
disini dikemukakan beberapa defenisi dari para filosof terkemuka yang cukup
representatif, baik dari segi zaman maupun kualitas pemikiran.[4]
Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) mengartikan filsafat sebagai:
a. Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal
mengenai hakikat segala yang ada, sebab, dan hukumnya.
b. Teori yang mendasari alam pemikiran atau suatu
kegiatan
c. Ilmu yang berintikan logika, estetika,
metafisika, dan epistemology.
Secara umum filsafat berarti upaya manusia
untuk memahami sesuatu secara sistimatis, radikal dan kritis. Filsafat disini
bukanlah suatu produk, melainkan proses, proses yang nantinya akan menentukan
sesuatu itu dapat diterima atau tidak. Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa filsafat adalah suatu studi atau cara berfikir yang dilakukan secara
reflektif atau mendalam untuk menyelidiki fenomena-fenomena yang terjadi dalam
kehidupan dengan menggunakan alasan yang diperoleh dari pemikiran kritis yang
penuh dengan kehati-hatian. Filsafat didalami tidak dengan melakukan
eksperimen-eksperimen, tetapi dengan menggunakan pemikiran yang mendalam untuk mengungkapkan
masalah secara persis, mencari solusi dengan memberi argumen dan alasan yang
tepat.
2.
Ruang
Lingkup
Objek penelitian filsafat ada 2 yakni: obyek
materi yakni obyek yang dipikirkan ialah segala yang ada dan yang mungkin ada,
atau dengan kata lain cakupannya luas sekali baik itu bersifat empiris dan
abstrak, juga hal yang mengenai Tuhan, hari akhir sebagai kesimpulannya lebih
luas dari objek material sains. Objek forma yakni penyelidikan yang mendalam.
Tujuan berfilsafat ialah menemukan kebenaran
yang sebenarnya. Jika kebenaran yang sebenarnya itu
disusun secara sistematis, jadilah ia sistematika filsafat.
Sistematika filsafat itu biasanya terbagi atas tiga cabang besar
filsafat, yaitu teori pengetahuan, teori hakikat, dan teori
nilai.
Obyek yang dipikirkan oleh filosof ialah
segala yang ada, jadi luas sekali.Obyek yang diselidiki oleh
filsafat ini disebut obyek material, yaitu segala yang ada
dan mungkin ada tadi. Tentang obyek material ini banyak yang sama
dengan obyek material sains. Bedanya ialah dalam dua hal.
Pertama, sains menyelidiki obyek materia yang empiris; filsafat menyelidiki
obyek itu juga, tetapi bukan bagian yang empiris, melainkan bagian yang
abstraknya. Kedua, ada obyek materia filsafat yang memang tidak dapat diteliti
oleh sains, seperti Tuhan, hari akhir, yaitu obyek material yang untuk
selama-lamanya tidak empiris. Jadi obyek
material filsafat tetap saja lebih luas
daripada obyek material sains.[5]
Selain obyek material, ada lagi obyek formal,
yaitu sifat penye-lidikan. Obyek forma filsafat
ialah penyelidikan yang mendalam. Artinya, ingin tahunya filsafat adalah
ingin tahu bagian dalamnya. Kata mendalam artinya ingin tahu tentang
obyek yang tidak empiris. Penyelidikan sains tidak mendalam karena ia
hanya ingin tahu sampai batas obyek itu
dapat diteliti secara empiris. Jadi, sains menyelidiki dengan
riset, filsafat meneliti dengan memikirkannya.
B. Filsafat Islam
1.
Pengertian
Filsafat islam adalah perkembangan pemikiran umat Islam dalam masalah
ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semesta yang disinari ajaran Islam.
Adapun definisinya secara khusus seperti apa yang dituliskan oleh penulis Islam
sebagai berikut[6]
a.
Ibrahim Madkur, filsafat islam
adalah pemikiran yang lahir dalam dunia Islam untuk menjawab tantangan zaman,
yang meliputi Allah dan alam semesta, wahyu dan akal, agama dan filsafat.
b.
Ahmad Fuad Al-Ahwany,
filsafat Islam adalah pembahasan tentang alam dan manusia yang disinari ajaran Islam.
c.
Muhammad Atif Al-ËIraqy,
filsafat Islam secara umum di dalamnya tercakup ilmu kalam, ilmu ushul fiqh,
ilmu tasawuf, dan ilmu pengetahuan lainnya yang diciptakan oleh intelektual
Islam. Pengertiannya secara khusus adalah pokok-pokok atau dasar-dasar pemikiran
filosofis yang dikemukakan para filosof muslim.
Jelaslah bahwa filsafat Islam merupakan hasil pemikiran umat islam
secara keseluruhan. Pemikiran umat Islam ini merupakan buah dari dorongan
ajaran Al-Quran dan Hadis.
2.
Sejarah Adanya
Filsafat Islam
Ketika datang ke Timur Tengah pada abad IV SM. Aleksander Agung membawa
bukan hanya kaum militer tetapi juga kaum sipil.Tujuannya bukanlah hanya
meluaskan daerah kekuasaannya ke luar Macedonia, tapi juga menanamkan
kebudayaan Yunani di daerah-daerah yang dimasukinya. Untuk itu ia adakan
pembauran antara orang-orang Yunani yang dibawanya, dengan penduduk setempat.
Dengan jalan demikian berkembanglah falsafat dan ilmu pengetahuan Yunani di
Timur Tengah, dan timbullah pusat-pusat peradaban Yunani seperti Iskandariah (dari
nama Aleksander) di Mesir.[7]
Ketika para Sahabat Nabi Muhammad menyampaikan dakwah Islam ke
daerah-daerah tersebut terjadi peperangan antara kekuatan Islam dan kekuatan
Kerajaan Bizantium di Mesir, Suria serta Irak, dan kekuatan Kerajaan Persia di Iran.
Daerah-daerah ini, dengan menangnya kekuatan Islam dalam peperangan tersebut, jatuh
ke bawah kekuasaan Islam. Tetapi penduduknya, sesuai dengan ajaran al-Qur'an,
bahwa tidak ada paksaan dalam agama dan bahwa kewajiban orang Islam hanya
menyampaikan ajaran-ajaran yang dibawa Nabi, tidak dipaksa para sahabat untuk
masuk-Islam. Mereka tetap memeluk agama mereka semula.
Dari warga negara non Islam ini timbul satu golongan yang tidak senang
dengan kekuasaan Islam dan oleh karena itu ingin menjatuhkan Islam. Mereka pun
menyerang agama Islam dengan memajukan argumen-argumen berdasarkan falsafat
yang mereka peroleh dari Yunani.
Dari pihak umat Islam timbul satu golongan yang melihat bahwa serangan
itu tidak dapat ditangkis kecuali dengan memakai argumen-argumen filosofis
pula. Untuk itu mereka pelajari filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani. Kedudukan
akal yang tinggi dalam pemikiran Yunani mereka jumpai sejalan dengan kedudukan
akal yang tinggi dalam al-Qur'an dan Sunnah Nabi. Dengan demikian timbullah di
panggung sejarah pemikiran Islam teologi rasional yang dipelopori kaum
Mu'tazilah.
Teologi rasional Mu'tazilah inilah, dengan keyakinan akan kedudukan akal
yang tinggi, kebebasan manusia dalam berfikir serta berbuat dan adanya hukum
alam ciptaan Tuhan, yang membawa pada perkembangan Islam, bukan hanya filsafat,
tetapi juga sains, pada masa antara abad ke VIII dank e XIII M.
Filsafat dibagi 3 periode. Periode pertama berasal dari Yunani,
Tokoh-tokoh seperti Socrates, Plato dan Aristoteles. Periode kedua yang merupakan
masa pertengahan adalah Filsafat Islam. Filsafat Islam klasik mulai berkembang
pada masa Al-Kindi.[8]
Al-Kindi merupakan seorang Aristotelian, ia mengartikan filsafat sebagai
pola pikir manusia untuk lebih mengetahui dirinya, dari pengertian tersebut al-kindi
berusaha lebih “mengetahui dirinya sendiri” yang kemudian ia jadikan sebagai
cara atau alat untuk lebih mengetahui hal-hal yang sifatnya lebih besar.
Filsafat al-Kindi juga mengarah kepada al-Ilmu al-Insani wa Ilum al-Ilahi.
3.
Tokoh
Dalam ilmu filsafat islam ada beberapa tokoh yang dianggap
membawa pengaruh dan karya-karyanya dikenal oleh sebagian umat muslim saat ini.
Beberapa tokoh tersebut antara lain[9]
a. Al-Kindi
Al-Kindi atau Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak bin Ash-Shabah
bin Imran bin Ismail bin Al-Asy’ats bin Qays Al-Kindi dikenal sebagai
sosok muslim pertama yang memunculkan gagasan tentang filsafat dan ia jugalah
yang berpendapat bahwa ajaran agama islam sebenarnya tidak berbeda jauh dengan
ilmu filsafat atau falsafah sehingga keduanya bukanlah dua hal yang
bertentangan. Tidak hanya cerdas sebagai filsuf atau pemikir islam yang diakui
oleh bangsa barat, Al kindi juga menghasilkan banyak karya dalam bidang ilmu
pengetahuan lainnya seperti aritmatika dan musik
b. Al-Farabi
Al Farabi atau Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh
al-Fārābi‘ adalah seorang tokoh ilmuwan sekaligus filsuf
muslim yang berusaha memadukan beberapa
aliran filsafat antara lain aliran falsafah al taufiqhiyah yang berkembang
sebelumnya dari hasil pemikiran filsuf Yunani seperti Plato, Aristoteles,
Plotinus.
Al farabi juga berpendapat
bahwa pada hakikatnya filsafat itu memiliki satu tujuan yakni untuk mencari
kebenaran dari suatu hal.
c. Ibnu
Rusyd
Abu Walid Muhammad bin Rusyd atau yang dikenal dengan nama
ibnu rusyid adalah salah satu tokoh ilmuwan muslim yang cukup dikenal. Ia juga
merupakan salah seorang filsuf yang dikenal dnegan aliran rasionalnya. Sebagai
seorang filsuf dan pemikir, Ibnu Rusyid menjunjung tinggi akal dan peranananya
dalam kehidupan. Ibnu rusyid juga berpendapat bahwa akal fikiran bekerja dengan
didasari oleh pengertian umum atau maj’ani kulliyah dandidalamnya tercakup
hal-hal yang bersifat partial atau disebut juz’iyah.
d. Ibnu
Sina
Ibnu sina yang terkenal sebagai ilmuwan dalam bidnag kedokteran
juga dikenal sebagai seorang sosok filsuf muslim. Ia berpendapat bahwa semua
intelenji atau akal berasal dari Tuhan dan segala hal yang menyangkut dasar
semua ilmu juga berasal dari Tuhan. Ibnu sina jugalah yang menyatakan bahwa
esensi berada dalam akal dan wujud berada diluar akal. Ia juga
banyak membahas mengenai metafisika dan filsafah
tentang jiwa.
e. Al-Ghazali
Muhammad bin Ahmad, Al-Imamul Jalil, Abu Hamid Ath Thusi
Al-Ghazali atau yang lebih dikenal sebagai Al Ghazali adalah salah seorang filsuf
ternama yang berasal dari daerah Thusi yang merupakan bagian dari Negara
Persia. Al ghazali banyak menghasilkan karya dibidang filsafat dan ia pada
mulanya berpendapat bahwa ilmu pengetahuan sebenarnya tidak bisa ditangkan
dengan menggunakan panca indera manusia. Al ghazali lebih cenderung percaya
terhadap akal daripada kelima panca indera. Dizamannya, ia pernah menjadi guru
besar di Nidzamiyah, Baghdad selama empat tahun.beberapa kitab karangan Al
ghazali yang terkenal antara lain Ihya Ulum Ad-Din, Tahafut
al-Falasifah dan Al-Munqidz min adh-Dhalal
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat mempunyai banyak peranan bagi manusia seperti:
mendobrak keterkungkungan pikiran manusia, pembebas pikiran manusia, sebagai
pembimbing, penghimpun ilmu pengetahuan, dan sebagai pembantu pengetahuan. Secara
umum, tujuan filsafat adalah meraih kebenaran agar dapat membawa manusia kepada
pemahaman, dan kepada tindakan yang lebih layak.
Mengenai kronologis munculnya filsafat Islam beberapa ilmuan
mengalami sedikit perbedaan, seperti yang dijelaskan Hasyimah Nasution pada
bukunya “Filsafat Islam” ada yang mengatakan bahwa filsafat Islam
terlahir hanya gara-gara adanya penerjemahan buku-buku pengetahuan berbahasa
Yunani kedalam bahasa Arab.
Lain halnya dengan yang dipaparkan oleh Hadariansyah dalam
bukunya “Pengantar Filsafat Islam” bahwa filsafat Islam, terlahir
dari kitab suci umat Islam itu sendiri, dikarenakan banyaknya terkandung
ayat-ayat yang menyuruh untuk berpikir. Di sisi lain karena gencarnya usaha-usaha
yang dilakukan oleh Alexander the Great dengan menaklukkan kota-kota penting
seperti Mesir, Irak, Suriah dan Persia, yang kemudian di kota-kota penting
tersebut didirikan pusat-pusat kebudayaan yang membantu mengembangkan usaha
Alexander dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan Filsafat Yunani.
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal, 2005. Filsafat
Ilmu. Cet. II; Jakarta: Pt. Rajawali Pers,
Hadariansyah, 2012. Pengantar
Filsafat Islam: Mengenal Filusuf-filusuf Muslim dan Filsafat Mereka,
Banjarmasin: Kafusari Press.
Munawwaroh, Djunaidatul dan
Tanenji, 2003. Filsafat Pendidikan Perspektif Islam Dan Umum),
Jakarta: UIN Jakarta Press.
Nasution, Hasyimsyah, 1999. Filsafat
Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama,
Surajiyo, 2005. Ilmu Filsafat
Suatu Pengantar. Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara.
[1]
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Cet. I ; Jakarta:
Bumi Aksara, 2005), h. 4.
[2]
Ibid, h. 5
[3]
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Cet. II; Jakarta: Pt.
Rajawali Pers, 2005), h. 5.
[4]
Ibid, h. 6.
[5]
Munawwaroh, Djunaidatul dan Tanenji, Filsafat Pendidikan (Perspektif
Islam Dan Umum), (Jakarta: UIN Jakarta Press. 2003), h. 8
[6]
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama,
1999), h. 17.
[7]
Ibid. h. 18
[8]
Hadariansyah, Pengantar Filsafat Islam: Mengenal Filusuf-filusuf
Muslim dan Filsafat Mereka, (Banjarmasin: Kafusari Press, 2012), h. 4
[9]
Ibid. h. 5 – 6
0 Response to "Makalah Ilmu Tasawuf, Perbedaana dan Persamaannya dengan Ahlak"
Post a Comment