Makalah Ilmu Tasawuf, Perbedaana dan Persamaannya dengan Ahlak


MAKALAH
TASAWUF

ILMU TASAWUF, PERBEDAAN DAN PERSAMAANNYA DENGAN AKHLAK, ILMU AKHLAK DAN SUHUF

Dosen Pengampu : Huzma Juliantri, M.Pd






   

Disusun Oleh :







SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
MAMBA’UL ULUM KOTA JAMBI

2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berisi tentang” Ilmu Tasawuf, Perbedaan Dan Persamaannya Dengan Akhlak, Ilmu Akhlak Dan Suhuf” tepat pada waktunya.
Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses belajar.
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan karena pengetahuan yang kami miliki masih terbatas. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran bagi pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah kami ini.

Jambi,   Maret 2020

  
`                                                                         Penyusun 













DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR................................................................................... .... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. .... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang   .............................................................................................. 1
B.  Rumusan Masalah .......................................................................................      1
C.  Tujuan............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.  Filsafat.........................................................................................................      2
B.  Filsafat Islam...............................................................................................      6 
BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan  ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Berfikir merupakan hal yang selalu dilakukan oleh manusia, dan berpikir pula merupakan keistimewaan yang diberikan oleh Allah swt kepada kita manusia. Akal yang diberikan oleh-Nya merupakan suatu pembeda antara kita dengan makhluk lainnya. Para ilmuan-ilmuan yang terkemuka memberikan definisi tentang ilmu Filsafat namun masing-masing definisi mereka berbeda akan tetapi tidak bertentangan, bahkan saling mengisi dan saling melengkapi dan terdapat kesamaan yang saling mempertalikan semua definisi itu. Hal tersebut baik untuk menambah wawasan kita karena dengan mengetahui pengertian dari para ilmuan-ilmuan sebelum kita, kita banyak belajar dari sana.
Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang seluruh kenyataan, filsafat dapat mendorong pikiran kita untuk meraih kebenaran yang dapar membawa manusia kepada pemahaman, dan pemahaman membawa manusia kepada tindakan yang lebih layak.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut:
1.      Apa pengertian filsafat?
2.      Bagaimana ruang lingkup filsafat?
3.      Apa pengertian Filsafat Islam?
4.      Bagaimana Sejarah Muncul Filsafat Islam?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui  pengertian filsafat?
2.      Untuk mengetahui  ruang lingkup filsafat?
3.      Untuk mengetahui  pengertian Filsafat Islam?
4.      Untuk mengetahui  Sejarah Muncul Filsafat Islam?





BAB II
       PEMBAHASAN
A.    Filsafat
1.      Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat, dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda, dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi dan secara terminologi.
a.       Filsafat secara Etimologi
Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM). Arti filsafat pada saat itu belum begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan juga digunakan oleh Socrates (470-399 M) dan para filsuf lainnya.[1] 
b.      Filsafat secara Terminologi
Secara terminologi dalam arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Dikarenakan batasan dari filsafat itu banyak maka sebagai gambaran perlu diperkenalkan beberapa batasan.
1)      Plato
Plato berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli.
2)      Aristoteles
Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang didalamnya terkandung  ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan).
3)      Al Farabi
Filsuf Arab ini mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
4)      Hasbullah Bakry
Menurut Bakry, ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan juga manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.[2]
5)      Notonegoro
Notonegoro berpendapat bahwa filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang tidak berubah, yang disebut hakikat.
Adapun Ali Mudhofir dalam buku Surajiyo memberikan arti filsafat sangat beragam, yaitu sebagai berikut.
a.       Filsafat sebagai suatu sikap
Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta. Sikap secara filsafat adalah sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran, dan selalu bersedia meninjau suatu problem dari semua sudut pandang.


b.      Filsafat sebagai suatu metode
Filsafat sebagai metode, artinya cara berpikir secara mendalam (reflektif), penyelidikan yang menggunakan alasan, berpikir secara hati-hati dan teliti. Filsafat berusaha untuk memikirkan seluruh pengalaman manusia secara mendalam dan jelas.
c.       Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah, kebanyakan filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan arti suatu istilah dan pemakaian bahasa. Beberapa filsuf mengatakan bahwa analisis tentang arti bahasa merupakan tugas pokok filsafat dan tugas analisis konsep sebagai satu-satunya fungsi filsafat. Para filsuf analitis seperti G. E. Moore, B. Russel, L. Wittgeenstein, G. Ryle, J. L. Austin, dan yang lainnya berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan berbagai kekaburan dengan cara menjelaskan arti istilah atau ungkapan yang dipakai dalam ilmu pengetahuan dan dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Mereka berpendirian bahwa bahasa merupakan laboratorium para filsuf, yaitu tempat menyemai dan mengembangkan ide-ide.
Filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau dogmatis seperti yang kita lakukan pada kehidupan sehari-hari atau bahkan dalam kebiasaan ilmu pengetahuan. Akan tetapi secara kritis, dalam arti: setelah segala sesuatunya diselidiki problem-probelm apa yang dapat ditimbulkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang demikian itu dan setelah kita menjadi sadar dari segala kekaburan dan kebingungan, yang menjadi dasar bagi pengertian kita sehari-hari.[3]
Pendapat ini benar adanya, sebab intisari berfilsafat itu terdapat dalam pembahasan bukan pada defenisi. Namun, defenisi filsafat untuk dijadikan patokan awal diperlukan untuk memberi arah dan cakupan objek yang dibahas, terutama yang terkait dengan filsafat ini. Karena itu, disini dikemukakan beberapa defenisi dari para filosof terkemuka yang cukup representatif, baik dari segi zaman maupun kualitas pemikiran.[4]
Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan filsafat sebagai:
a.       Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal mengenai hakikat segala yang ada, sebab, dan hukumnya.
b.      Teori yang mendasari alam pemikiran atau suatu kegiatan
c.       Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemology.
Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami sesuatu secara sistimatis, radikal dan kritis. Filsafat disini bukanlah suatu produk, melainkan proses, proses yang nantinya akan menentukan sesuatu itu dapat diterima atau tidak. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah suatu studi atau cara berfikir yang dilakukan secara reflektif atau mendalam untuk menyelidiki fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan dengan menggunakan alasan yang diperoleh dari pemikiran kritis yang penuh dengan kehati-hatian. Filsafat didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen, tetapi dengan menggunakan pemikiran yang mendalam untuk mengungkapkan masalah secara persis, mencari solusi dengan memberi argumen dan alasan yang tepat.
2.      Ruang Lingkup
Objek penelitian filsafat ada 2 yakni: obyek materi yakni obyek yang dipikirkan ialah segala yang ada dan yang mungkin ada, atau dengan kata lain cakupannya luas sekali baik itu bersifat empiris dan abstrak, juga hal yang mengenai Tuhan, hari akhir sebagai kesimpulannya lebih luas dari objek material sains. Objek forma yakni penyelidikan yang mendalam.
Tujuan berfilsafat ialah menemukan kebenaran yang sebenarnya. Jika kebenaran yang sebenarnya itu disusun secara sistematis, jadilah ia sistematika filsafat. Sistematika filsafat itu biasanya terbagi atas tiga cabang besar filsafat, yaitu teori pengetahuan, teori hakikat, dan teori nilai.
Obyek yang dipikirkan oleh filosof ialah segala yang ada, jadi luas sekali.Obyek yang diselidiki oleh filsafat ini disebut obyek material, yaitu segala yang ada dan mungkin ada tadi. Tentang obyek material ini banyak yang sama dengan obyek material sains. Bedanya ialah dalam dua hal. Pertama, sains menyelidiki obyek materia yang empiris; filsafat menyelidiki obyek itu juga, tetapi bukan bagian yang empiris, melainkan bagian yang abstraknya. Kedua, ada obyek materia filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains, seperti Tuhan, hari akhir, yaitu obyek material yang untuk selama-lamanya tidak empiris. Jadi obyek material filsafat tetap saja lebih luas daripada obyek material sains.[5]
Selain obyek material, ada lagi obyek formal, yaitu sifat  penye-lidikan. Obyek forma filsafat ialah penyelidikan yang mendalam. Artinya, ingin tahunya filsafat adalah ingin tahu bagian dalamnya. Kata mendalam artinya ingin tahu tentang obyek yang tidak empiris. Penyelidikan sains tidak mendalam karena ia hanya ingin tahu sampai  batas obyek itu dapat diteliti secara empiris. Jadi, sains menyelidiki dengan riset, filsafat meneliti dengan memikirkannya.

B.     Filsafat Islam
1.      Pengertian
Filsafat islam adalah perkembangan pemikiran umat Islam dalam masalah ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semesta yang disinari ajaran Islam. Adapun definisinya secara khusus seperti apa yang dituliskan oleh penulis Islam sebagai berikut[6]
a.       Ibrahim Madkur, filsafat islam adalah pemikiran yang lahir dalam dunia Islam untuk menjawab tantangan zaman, yang meliputi Allah dan alam semesta, wahyu dan akal, agama dan filsafat.
b.      Ahmad Fuad Al-Ahwany, filsafat Islam adalah pembahasan tentang alam dan manusia yang disinari ajaran Islam.
c.       Muhammad Atif Al-ËIraqy, filsafat Islam secara umum di dalamnya tercakup ilmu kalam, ilmu ushul fiqh, ilmu tasawuf, dan ilmu pengetahuan lainnya yang diciptakan oleh intelektual Islam. Pengertiannya secara khusus adalah pokok-pokok atau dasar-dasar pemikiran filosofis yang dikemukakan para filosof muslim.
Jelaslah bahwa filsafat Islam merupakan hasil pemikiran umat islam secara keseluruhan. Pemikiran umat Islam ini merupakan buah dari dorongan ajaran Al-Quran dan Hadis.
2.      Sejarah Adanya Filsafat Islam
Ketika datang ke Timur Tengah pada abad IV SM. Aleksander Agung membawa bukan hanya kaum militer tetapi juga kaum sipil.Tujuannya bukanlah hanya meluaskan daerah kekuasaannya ke luar Macedonia, tapi juga menanamkan kebudayaan Yunani di daerah-daerah yang dimasukinya. Untuk itu ia adakan pembauran antara orang-orang Yunani yang dibawanya, dengan penduduk setempat. Dengan jalan demikian berkembanglah falsafat dan ilmu pengetahuan Yunani di Timur Tengah, dan timbullah pusat-pusat peradaban Yunani seperti Iskandariah (dari nama Aleksander) di Mesir.[7]
Ketika para Sahabat Nabi Muhammad menyampaikan dakwah Islam ke daerah-daerah tersebut terjadi peperangan antara kekuatan Islam dan kekuatan Kerajaan Bizantium di Mesir, Suria serta Irak, dan kekuatan Kerajaan Persia di Iran. Daerah-daerah ini, dengan menangnya kekuatan Islam dalam peperangan tersebut, jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Tetapi penduduknya, sesuai dengan ajaran al-Qur'an, bahwa tidak ada paksaan dalam agama dan bahwa kewajiban orang Islam hanya menyampaikan ajaran-ajaran yang dibawa Nabi, tidak dipaksa para sahabat untuk masuk-Islam. Mereka tetap memeluk agama mereka semula.
Dari warga negara non Islam ini timbul satu golongan yang tidak senang dengan kekuasaan Islam dan oleh karena itu ingin menjatuhkan Islam. Mereka pun menyerang agama Islam dengan memajukan argumen-argumen berdasarkan falsafat yang mereka peroleh dari Yunani.
Dari pihak umat Islam timbul satu golongan yang melihat bahwa serangan itu tidak dapat ditangkis kecuali dengan memakai argumen-argumen filosofis pula. Untuk itu mereka pelajari filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani. Kedudukan akal yang tinggi dalam pemikiran Yunani mereka jumpai sejalan dengan kedudukan akal yang tinggi dalam al-Qur'an dan Sunnah Nabi. Dengan demikian timbullah di panggung sejarah pemikiran Islam teologi rasional yang dipelopori kaum Mu'tazilah.
Teologi rasional Mu'tazilah inilah, dengan keyakinan akan kedudukan akal yang tinggi, kebebasan manusia dalam berfikir serta berbuat dan adanya hukum alam ciptaan Tuhan, yang membawa pada perkembangan Islam, bukan hanya filsafat, tetapi juga sains, pada masa antara abad ke VIII dank e XIII M.
Filsafat dibagi 3 periode. Periode pertama berasal dari Yunani, Tokoh-tokoh seperti Socrates, Plato dan Aristoteles. Periode kedua yang merupakan masa pertengahan adalah Filsafat Islam. Filsafat Islam klasik mulai berkembang pada masa Al-Kindi.[8]
Al-Kindi merupakan seorang Aristotelian, ia mengartikan filsafat sebagai pola pikir manusia untuk lebih mengetahui dirinya, dari pengertian tersebut al-kindi berusaha lebih “mengetahui dirinya sendiri” yang kemudian ia jadikan sebagai cara atau alat untuk lebih mengetahui hal-hal yang sifatnya lebih besar. Filsafat al-Kindi juga mengarah kepada al-Ilmu al-Insani wa Ilum al-Ilahi.
3.      Tokoh
Dalam ilmu filsafat islam ada beberapa tokoh yang dianggap membawa pengaruh dan karya-karyanya dikenal oleh sebagian umat muslim saat ini. Beberapa tokoh tersebut antara lain[9]

a.      Al-Kindi
Al-Kindi atau  Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak bin Ash-Shabah bin Imran bin Ismail bin Al-Asy’ats bin Qays Al-Kindi  dikenal sebagai sosok muslim pertama yang memunculkan gagasan tentang filsafat dan ia jugalah yang berpendapat bahwa ajaran agama islam sebenarnya tidak berbeda jauh dengan ilmu filsafat atau falsafah sehingga keduanya bukanlah dua hal yang bertentangan. Tidak hanya cerdas sebagai filsuf atau pemikir islam yang diakui oleh bangsa barat, Al kindi juga menghasilkan banyak karya dalam bidang ilmu pengetahuan lainnya seperti aritmatika dan musik
b.      Al-Farabi
Al Farabi atau  Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi‘ adalah seorang tokoh ilmuwan sekaligus filsuf muslim yang  berusaha memadukan beberapa aliran filsafat antara lain aliran falsafah al taufiqhiyah yang berkembang sebelumnya dari hasil pemikiran filsuf Yunani seperti Plato, Aristoteles, Plotinus.
Al farabi  juga berpendapat bahwa pada hakikatnya filsafat itu memiliki satu tujuan yakni untuk mencari kebenaran dari suatu hal.
c.       Ibnu Rusyd
Abu Walid Muhammad bin Rusyd atau yang dikenal dengan nama ibnu rusyid adalah salah satu tokoh ilmuwan muslim yang cukup dikenal. Ia juga merupakan salah seorang filsuf yang dikenal dnegan aliran rasionalnya. Sebagai seorang filsuf dan pemikir, Ibnu Rusyid menjunjung tinggi akal dan peranananya dalam kehidupan. Ibnu rusyid juga berpendapat bahwa akal fikiran bekerja dengan didasari oleh pengertian umum atau maj’ani kulliyah dandidalamnya tercakup hal-hal yang bersifat partial atau disebut juz’iyah.
d.      Ibnu Sina
Ibnu sina yang terkenal sebagai ilmuwan dalam bidnag kedokteran juga dikenal sebagai seorang sosok filsuf muslim. Ia berpendapat bahwa semua intelenji atau akal berasal dari Tuhan dan segala hal yang menyangkut dasar semua ilmu juga berasal dari Tuhan. Ibnu sina jugalah yang menyatakan bahwa esensi berada dalam akal dan  wujud  berada diluar akal. Ia juga banyak membahas mengenai    metafisika dan  filsafah tentang jiwa.
e.       Al-Ghazali
Muhammad bin Ahmad, Al-Imamul Jalil, Abu Hamid Ath Thusi Al-Ghazali atau yang lebih dikenal sebagai Al Ghazali adalah salah seorang filsuf ternama yang berasal dari daerah Thusi yang merupakan bagian dari Negara Persia. Al ghazali banyak menghasilkan karya dibidang filsafat dan ia pada mulanya berpendapat bahwa ilmu pengetahuan sebenarnya tidak bisa ditangkan dengan menggunakan panca indera manusia. Al ghazali lebih cenderung percaya terhadap akal daripada kelima panca indera. Dizamannya, ia pernah menjadi guru besar di Nidzamiyah, Baghdad selama empat tahun.beberapa kitab karangan Al ghazali yang terkenal antara lain  Ihya Ulum Ad-Din,  Tahafut al-Falasifah dan Al-Munqidz min adh-Dhalal





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
   Filsafat mempunyai banyak peranan bagi manusia seperti: mendobrak keterkungkungan pikiran manusia, pembebas pikiran manusia, sebagai pembimbing, penghimpun ilmu pengetahuan, dan sebagai pembantu pengetahuan. Secara umum, tujuan filsafat adalah meraih kebenaran agar dapat membawa manusia kepada pemahaman, dan kepada tindakan yang lebih layak.
Mengenai kronologis munculnya filsafat Islam beberapa ilmuan mengalami sedikit perbedaan, seperti yang dijelaskan Hasyimah Nasution pada bukunya “Filsafat Islam” ada yang mengatakan bahwa filsafat Islam terlahir hanya gara-gara adanya penerjemahan buku-buku pengetahuan berbahasa Yunani kedalam bahasa Arab.
Lain halnya dengan yang dipaparkan oleh Hadariansyah dalam bukunya “Pengantar Filsafat Islam” bahwa filsafat Islam, terlahir dari kitab suci umat Islam itu sendiri, dikarenakan banyaknya terkandung ayat-ayat yang menyuruh untuk berpikir. Di sisi lain karena gencarnya usaha-usaha yang dilakukan oleh Alexander the Great dengan menaklukkan kota-kota penting seperti Mesir, Irak, Suriah dan Persia, yang kemudian di kota-kota penting tersebut didirikan pusat-pusat kebudayaan yang membantu mengembangkan usaha Alexander dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan Filsafat Yunani.

B.     Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami.





DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal, 2005. Filsafat Ilmu. Cet. II; Jakarta: Pt. Rajawali Pers,
Hadariansyah, 2012. Pengantar Filsafat Islam: Mengenal Filusuf-filusuf Muslim dan Filsafat Mereka, Banjarmasin: Kafusari Press.
Munawwaroh, Djunaidatul dan Tanenji, 2003. Filsafat Pendidikan Perspektif Islam Dan Umum), Jakarta: UIN Jakarta Press.
Nasution, Hasyimsyah, 1999. Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama,
Surajiyo, 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara.
 


[1] Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar  (Cet. I ; Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 4.
[2] Ibid, h. 5
[3] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu  (Cet. II; Jakarta: Pt. Rajawali Pers, 2005), h. 5.
[4] Ibid, h. 6.
[5] Munawwaroh, Djunaidatul dan Tanenji, Filsafat Pendidikan (Perspektif Islam Dan Umum), (Jakarta: UIN Jakarta Press. 2003), h. 8
[6] Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 17.
[7] Ibid. h. 18
[8] Hadariansyah, Pengantar Filsafat Islam: Mengenal Filusuf-filusuf Muslim dan Filsafat Mereka, (Banjarmasin: Kafusari Press, 2012), h. 4
[9] Ibid. h. 5 – 6

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Ilmu Tasawuf, Perbedaana dan Persamaannya dengan Ahlak"

Post a Comment